Berita AC Milan – Marcos Evangelista de Morais atau biasa disebut sebagai Cafu merupakan salah satu pemain top dunia yang pernah berseragam Rossoneri. Cafu sudah terkenal terlebih dulu sebelum gabung AC Milan, terutama setelah sukses bersama Sao Paulo dan Timnas Brasil.
Pemain kelahiran Sao Paulo, Brasil itu memiliki julukan “Si Kereta Cepat” atau biasa disebut Il Pendolino. Julukan tersebut diberikan karena Cafu memiliki kecepatan luar biasa layaknya kereta cepat yang tengah melaju.
Cukup banyak yang bisa diceritakan dari pemenang dua kali Piala Dunia tersebut. Oleh sebab itu, beritamilan.com akan membahas tentang beberapa hal tentang Marcos Evangelista de Morais alias Cafu.
Sebelum Berseragam AC Milan
Cafu memulai kariernya sebagai pesepakbola profesional pada tahun 1988 dengan bergabung akademi klub Sao Paulo. Sebelum itu, ia telah mendaftar untuk bergabung akademi sejumlah klub seperti Corinthians, Palmeiras, Santos dan Atletico Mineiro namun ditolak.
Awalnya ia berperan sebagai gelandang pengangkut air setelah sebelumnya bermain di posisi bek sayap. Pelatih tim akademi, Tele Santana merupakan orang yang memberinya masukan tersebut. Saran itu membuat Cafu akhirnya promosi ke tim utama di tahun 1992.
Di tahun pertamanya bersama tim utama Sao Paulo, Cafu langsung memenangkan tiga gelar sekaligus yaitu juara Liga Brasil, Copa Libertadores dan Piala Interkontinental. Itu merupakan capaian luar biasa bagi pemain muda yang baru menjalani awal kariernya sebagai pesepakbola profesional.
Pada tahun 1994 Cafu mendapatkan penghargaan sebagai pemain terbaik Amerika Selatan. Setelah itu, di musim 1994/95 Cafu bergabung ke klub asal Spanyol yakni Real Zaragoza. Di klub tersebut, ia sempat memenangkan Piala Winners walaupun hanya bermain sebanyak sembilan pertandingan di semua kompetisi.
Musim 1997/98 menjadi awal Cafu untuk mencoba berkarier di Italia dengan bergabung AS Roma. Walaupun sebelum itu, ia sempat memperkuat Palmeiras dalam waktu singkat. Bersama AS Roma, ia kembali ke posisi aslinya yaitu sebagai bek sayap di sisi kanan.
Cafu langsung menjadi pilihan utama pelatih Zdenek Zeman dalam formasi 4-3-3, karena bermain sebanyak 36 laga di musim tersebut. AS Roma berada di urutan keempat Serie A 1997/98 dan melaju sampai perempat final Coppa Italia.
Di musim berikutnya, Cafu hanya memainkan 26 laga bersama AS Roma karena saat itu ia sering absen karena mengalami cedera. Meskipun begitu, pada musim 1998/99 AS Roma berhasil mencapai perempat final Piala UEFA walaupun harus menempati posisi kelima di Serie A.
AS Roma mendapatkan pelatih berpengalaman di musim 1999/00 karena ditangani oleh Fabio Capello yang sebelumnya melatih AC Milan dan Real Madrid. Bersama Fabio Capello, Cafu bermain sedikit ke depan dalam skema formasi 3-4-2-1 di musim tersebut. Sayang, pencapaian terbaik AS Roma saat itu hanya masuk ke perempat final Coppa Italia.
Akan tetapi, di musim 2000/01 AS Roma sukses memenangkan Scudetto berkat Fabio Capello. Cafu memiliki andil lumayan besar saat itu, karena ia menyumbangkan enam assist dan satu gol untuk AS Roma dalam 31 penampilan di Serie A.
Setelah menjadi juara, pemain kelahiran Sao Paulo tersebut diberi julukan Il Pendolino oleh suporter AS Roma. Para penggemar memberi julukan tersebut kepada Cafu karena sang pemain punya kecepatan luar biasa di atas lapangan seperti kereta cepat yang tengah melaju kencang.
Cafu sebenarnya nyaris memenangkan gelar Scudetto lagi di musim 2001/02, AS Roma hanya terpaut satu poin dengan Juventus yang menjadi juara saat itu. Meskipun begitu, di musim tersebut Cafu masih bisa memberikan satu gelar untuk AS Roma yaitu Piala Super Italia.
Musim 2002/03 menjadi yang terburuk bagi Cafu karena performa AS Roma benar-benar anjlok saat itu. Bermain 26 kali di kompetisi liga, Cafu hanya membawa AS Roma menempati urutan kedelapan Serie A pada akhir musim 2002/03.
Hal ini membuat Cafu memutuskan pindah secara gratis dari AS Roma untuk bergabung ke AC Milan pada musim panas 2003.
Cafu Dan AC Milan
Cafu hanya memperkuat Rossoneri selama lima musim, akan tetapi ia dianggap sebagai salah satu legenda karena kontribusi besarnya dalam kurun waktu tersebut. Sebanyak enam gelar telah dimenangkan oleh Cafu bersama AC Milan, termasuk Scudetto 2003/04 dan juara Liga Champions musim 2006/07.
Pemain berkebangsaan Brasil itu bisa dibilang salah satu bek sayap terbaik dunia yang pernah bermain secara rutin di San Siro. Dalam kurun waktu lima tahun, ia sudah bermain sebanyak 166 laga dengan torehan 22 assist serta empat gol untuk Rossoneri. Namun gaya bermainnya cukup melekat dalam ingatan para penggemar AC Milan.
Cafu memutuskan untuk istirahat dari dunia sepakbola pada akhir musim 2007/08 setelah kontraknya habis bersama Rossoneri. Akan tetapi, ia kembali bermain selama beberapa bulan bersama klub asal Inggris bersama Garforth Town sebelum memutuskan untuk pensiun di pertengahan 2009.
Saat ini belum ada pemain yang bisa menyamai Cafu di Serie A, beruntung AC Milan pernah memiliki seorang pemain sepertinya. Cafu merupakan pemain pekerja keras, dinamis dan tidak lelah untuk membantu membangun serangan.
Belum lagi kecepatan serta stamina yang ia miliki, Cafu bisa dengan mudah memberikan umpan-umpan berbahaya dari sisi kanan untuk rekannya agar bisa mencetak gol. Cafu juga memiliki teknik serta pemahaman strategi yang bagus. Ia sering menjadi pemain mematikan bagi tim lawan, khususnya saat AC Milan mendapat kesempatan melakukan serangan balik.
Di luar semua itu, pemain Brasil tersebut sangat disiplin serta memiliki jiwa kepemimpinan. Akan tetapi, ia merupakan orang yang cukup menyenangkan jika berada di luar lapangan. Sikap tersebut bisa dijadikan contoh untuk pemain-pemain muda Rossoneri saat ini.