Berita AC Milan – Tak dapat diragukan lagi jika diawal dekade 2000-an, lini tengah AC Milan adalah salah satu yang terbaik di seantero daratan Eropa.
Kala itu sektor tengah I Rossonerri diisi oleh para pemain top seperti Seedorf, Pirlo dan Juga Gattuso. Tepat dibelakang dua striker yang biasa diperankan oleh Shevchenko dan Inzaghi, ada nama gelandang serang Portugal bernama Rui Manuel César Costa.
Pria Portugal itu berperan sebagai pengatur alur serangan Milan, visi bermain dan ketangkasannya dalam memainkan si kulit bulat seolah selalu memanjakan rekan-rekan satu timnya diatas lapangan. Tak heran jika presiden Milan kala itu, Silvio Berlusconi, rela menebusnya dari Fiorentina dengan nilai transfer mencapai 37,80 juta poundsterling!
Sebelum bersinar di AC Milan, pemain yang akrab disapa Rui Costa itu pernah menjadi pujaan tim asal kota Firenze, Fiorentina. Di kota yang sempat menjadi pusat peradaban era Renaisans ini, Rui Costa berduet dengan legenda sepakbola Argentina, Gabriel Batistuta.
Kala itu, duet Rui Costa dan Batistuta sangat ditakuti oleh tim manapun di Serie A. Jika Batistuta adalah senjata utamanya, maka Rui Costa adalah penyedia amunisinya. Ketika itu Batigol begitu beringas di depan gawang lawan lewat umpan-umpan matang yang diberikan oleh Rui Costa.
Duet Batistuta dan Rui Costa berhasil memberikan Fiorentina gelar 2 Coppa Italia dan 1 gelar Supercoppa Italiana untuk skuad Ungu.
Namun sayang, karena masalah ekonomi yang mendera La Viola, Batistuta terpaksa harus dilego ke AS Roma dan Rui Costa dijual ke AC Milan dengan nilai transfer fantastis kala itu yang mencapai angka 42 juta euro. Itu adalah rekor pembelian termahal Milan sebelum dipecahkan oleh rekor transfer Bonucci dari Juventus beberapa musim lalu.
Mungkin tidak banyak yang tahu jika dibalik pribadinya yang kalem diatas lapangan, sosok Rui Costa ternyata adalah sosok urakan. Bermata sayu, rambut gondrong berjambang, kaos kaki yang dibiarkan menggantung di tulang keringnya, ditambah kebiasaanya untuk menatap setiap sudut lapangan dengan tatapan tajam, rasanya sudah cukup menggambarkan jika dirinya adalah sosok pemain yang susah untuk diatur.
Rui Costa ternyata adalah sosok urakan!
Hal itu semakin diperkuat oleh pernyataan Rui Costa yang dalam sebuah wawancara singkat seusai dia memutuskan untuk pensiun mengakui jika ia adalah seorang perokok aktif, baik ketika masih aktif bermain maupun ketika sudah pensiun dari lapangan hijau.
“Saya katakan kepada Anda bahwa saya selalu merokok.” itulah kutipan dari Rui Costa di buku yang berjudul La Storia: Kumpulan Cerita Milan era Berlusconi.
Lebih lanjut pemain yang tumbuh dan besar di klub Benfica ini baru mengakui kebiasaan buruknya setelah pensiun, karena merokok adalah hal yang dilarang di olahraga. Selain itu, citranya sebagai pemain besar akan tercoreng karena kebiasaan buruknya itu tidak baik untuk dicontoh oleh generasi muda.
Bakat besar yang dimiliki oleh Rui Costa sendiri rupanya ditemukan oleh legenda terbesar sepakbola Portugal, Eusebio da Silva Ferreira. Eusebio hanya perlu waktu 10 menit untuk mengatakan jika pemain yang identik dengan nomor punggung 10 itu kelak akan jadi pemain besar.
Selama 5 musim membela panji AC Milan, Rui Costa telah tampil dalam 192 penampilan dengan sumbangsih 11 gol dan 46 assist. Pria yang kini menjabat sebagai Direktur Olahraga Benfica itu turut menyumbangkan 1 gelar juara Serie A, 1 trofi Coppa Italia, 1 trofi Piala Super Italia, 1 trofi Liga Champions, dan 1 trofi Piala Super Eropa.
Karir Rui Costa bersama AC Milan mulai meredup setelah menginjak usia 31 tahun. Dengan usia yang tak lagi muda membuatnya sering menepi dari lapangan hijau karena menderita cedera kambuhan. Terlebih kala itu Milan kedatangan sosok bocah ajaib dari Brazil bernama Ricardo Kaka.