Empat Bulan Setelah Dipecat, Fonseca Ungkap Beban Mental di Milan

Paulo Fonseca
Photo: www.acmilan.com

Empat bulan telah berlalu sejak Paulo Fonseca mengakhiri masa baktinya bersama AC Milan. Meski kepergiannya pada bulan Desember lalu menimbulkan perdebatan—dengan tidak sedikit yang masih mendukung metode kepelatihannya—sang allenatore asal Portugal baru-baru ini memberikan pandangannya mengenai periode sulitnya menukangi Rossoneri.

Keputusan mendepak Fonseca dari kursi pelatih kepala Milan memang terasa berat bagi sebagian pihak, terutama mengingat momen pemecatannya yang terjadi di tengah musim. Sang pelatih bahkan harus menghadapi awak media setelah pertandingan yang menentukan nasibnya, menjawab pertanyaan mengenai masa depannya yang sudah di ujung tanduk.

Pemecatan Kontroversial dan Respek dari Curva Sud

Meskipun rentetan hasil yang diraih Il Diavolo Rosso di bawah arahannya dinilai “sebagian besar buruk”, Fonseca secara mengejutkan tetap mendapatkan respek dari kelompok suporter garis keras, Curva Sud.

Hal ini terlihat jelas saat protes perayaan ulang tahun klub ke-125, di mana kritik tajam justru diarahkan kepada beberapa anggota skuad dan jajaran manajemen, sementara nama Fonseca cenderung aman.

Fenomena ini menunjukkan adanya pengakuan atas upaya sang pelatih, terlepas dari hasil akhir di lapangan yang kurang memuaskan selama masa jabatannya.

Paulo Fonseca
Photo: acmilan.com

Pengakuan Fonseca: Kesalahan, Tensi Tinggi, dan Beban Melatih Milan

Kini, dalam sebuah wawancara dengan media Prancis L’Equipe (seperti yang dikutip oleh Milan News), Fonseca akhirnya buka suara mengenai pengalamannya di Milanello. Ia mengakui adanya kesulitan di balik layar dan tekanan besar yang menyertai perannya, yang turut memengaruhi kondisi psikologisnya.

“Saya tidak pernah, bahkan dalam kehidupan pribadi atau masa kecil, melakukan agresi sedikit pun. Saya selalu menjadi orang yang sangat tenang,” ujar Fonseca, mencoba memberikan konteks atas reaksinya di masa lalu. “Jadi saya tidak ingin mencari alasan atau memberi kesan membenarkan diri sendiri. Saya telah melakukan kesalahan, saya mengakuinya.”

Ia merujuk pada insiden spesifik yang melibatkan kartu merah. “Pada saat pertandingan itu, ada banyak ketegangan, saya baru saja menerima kartu merah karena saya telah memprotes pelanggaran. Mengapa saya bereaksi begitu keras? Saya akui bahwa saya tidak menyukai cara wasit mengarahkan pertandingan.”

Lebih lanjut, Fonseca menyoroti beban mental yang dihadapinya. “Antara AC Milan dan Lyon [klubnya saat ini], saya tidak memiliki waktu istirahat sejenak. Dan Anda tidak dapat membayangkan tekanan melatih AC Milan. Mungkin saya seharusnya beristirahat, tetapi saya tidak ingin membuat alasan.” tutupnya.

Pengakuan Fonseca ini memberikan gambaran lebih jelas mengenai tantangan besar yang dihadapi seorang pelatih di klub sebesar AC Milan, sebuah tekanan yang bahkan diakui oleh sang pelatih berpengalaman sekalipun.

Ingin dukung kami? Kami menulis dengan semangat cinta untuk AC Milan. Setiap dukunganmu, sekecil apa pun, sangat berarti bagi kami. Kamu bisa berdonasi melalui Saweria: 🔗 https://saweria.co/beritamilan. 

Pos terkait