Dampak Buruk dari Aktivitas Transfer Jor-joran AC Milan

Gerry Cardinale
Gerry Cardinale

Berita AC Milan – AC Milan, salah satu klub sepak bola terbesar di Italia, sedang menjadi sorotan karena kebijakan transfer pemain yang agresif. Di musim panas ini, I Rossoneri telah aktif dalam mendatangkan banyak pemain baru dengan harga yang lumayan tinggi.

Tentu saja, tujuan dari pembelian pemain baru ini untuk meningkatkan performa tim musim depan. Namun, kebijakan transfer yang agak berlebihan ini tidak selalu menorehkan hasil yang diharapkan.

AC Milan pernah merasakannya kala klub peraih 7 gelar Liga Champions ini masih berada di bawah kepemilikan Yonghong Li. Pada era kepemilikan pengusaha China itu, yang berlangsung sejak tahun 2017 hingga 2018, Milan melakukan banyak kebijakan transfer pemain yang agresif dengan setidaknya mendatangkan 11 pemain baru di 1 sesi bursa transfer.

Berangkat dari kasus tersebut, pada artikel ini Beritamilan.com akan membahas dampak buruk dari kebijakan transfer pemain AC Milan yang jor-joran musim panas ini dan bagaimana hal tersebut dapat menjadi perjudian keuangan yang berisiko tinggi.

1. Beban Keuangan yang Berat

Yonghong Li
Photo: AFP PHOTO / MIGUEL MEDINA

Salah satu dampak buruk dari transfer pemain berlebihan adalah meningkatnya beban keuangan bagi klub. Biaya transfer yang tinggi, gaji pemain yang mahal, dan bonus yang besar menimbulkan tekanan pada sumber daya keuangan AC Milan.

Ketika investasi pada pemain tidak memberikan hasil sesuai ekspektasi, klub bisa terjebak dalam lingkaran hutang dan kesulitan finansial.

Namun Milan era RedBird bisa dikatakan berbeda dengan Milan era Yonghong Li. Saat itu investor China melakukan banyak belanja dengan bermodalkan dana talangan dari Elliott. Sementara RedBird, langsung tancap gas di bursa transfer setelah menjual Sandro Tonali yang ditaksir harganya berada di kisaran €70 juta.

Sebelum penjualan Tonali, manajemen Milan kabarnya juga sudah menyiapkan dana transfer sendiri yang mendekati angka €35 juta.

Belum lagi saat ini manajemen I Rossoneri tengah berusaha menjual beberapa pemain yang memiliki nilai transfer dan beban gaji tinggi seperti Origi, Charles De Ketelaere, Ballo-Toure. Jika semua rencana manajemen berjalan lancar, beban keuangan yang berat mungkin bisa dihindari AC Milan.

2. Ketidakstabilan Performa Tim

Tijjani Reijnders, Samuel Chukwueze, Yunus Musah, Christian Pulisic,
Tijjani Reijnders, Samuel Chukwueze, Yunus Musah, Christian Pulisic,

Meskipun mendatangkan pemain bintang dapat meningkatkan kualitas tim secara potensial, namun keberhasilan sebuah tim sepak bola tidak hanya bergantung pada nama-nama besar.

Ketidakstabilan performa tim dapat terjadi karena proses adaptasi pemain baru yang memakan waktu dan tantangan menggabungkan individu-individu berbakat dalam satu tim yang solid.

Hal ini dapat menyebabkan AC Milan gagal meraih prestasi yang diharapkan karena tim memiliki chemistry yang rendah.

3. Kurangnya Identitas Klub

AC Milan squad 2023
Photo: acmilan.com

Ketika klub terlalu sering melakukan pergantian pemain, sulit bagi para pemain dan suporter untuk membangun ikatan dan identitas dengan klub.

Identitas klub yang kuat sangat penting untuk mendukung semangat tim dan menciptakan atmosfer yang positif dalam dan di luar lapangan. Dengan banyaknya pergantian pemain, klub mungkin kehilangan ciri khas dan nilai-nilai yang selama ini menjadi bagian dari tradisi mereka.

4. Ketidakstabilan Manajemen

maldini pioli
Photo: www.acmilan.com

Pergantian pemain yang sering juga dapat menyebabkan ketidakstabilan di jajaran manajemen klub. Setiap pemain baru memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan sistem bermain yang berbeda dan pendekatan yang berbeda dari pelatih.

Jika hasil yang buruk terjadi, manajemen mungkin merasa tergoda untuk mengganti pelatih, yang hanya memperburuk situasi. Kurangnya konsistensi dalam manajemen dapat merusak rencana jangka panjang klub.

Kita bisa berkaca pada klub Liga Inggris, Chelsea, dimana mereka kerap kali bongkar pasang pelatih yang akhirnya menyebabkan performa buruk tim di atas lapangan. Bahkan kemalangan nasib mereka tak bisa diselamatkan walaupun sudah menggelontorkan dana transfer ratusan juta euro untuk membeli pemain bintang.

Sementara itu, sebagaimana yang sudah kita ketahui, salah satu kunci dari kekuatan AC Milan dalam beberapa musim terakhir adalah kesolidan seluruh tim dan juga jajaran manajemen. Jika musim depan hal ini tidak bisa dipertahankan, Milan bisa dalam bencana.

5. Pengaruh Negatif Terhadap Pengembangan Pemain Muda

Matteo Gabbia
Photo: villarrealcf.es

Kebijakan transfer berlebihan seringkali mengalihkan perhatian dari pengembangan pemain muda dalam akademi klub. Karena fokus lebih pada mendatangkan pemain bintang, peluang bagi pemain muda untuk mendapatkan kesempatan bermain di tim utama berkurang.

Padahal, pengembangan pemain muda adalah pondasi bagi kesinambungan dan kesuksesan klub di masa depan.

Stefano Pioli sendiri kerap mendapatkan kritik karena jarang memberikan kepercayaan kepada pemain muda. Jika tidak terkendala cedera, pelatih berkepala plontos itu selalu mempercayakan pos pemain inti ke pemain yang itu-itu saja.

Musim panas ini, AC Milan sudah kehilangan pemain akademi Matteo Gabbia yang dipinjamkan ke Villarreal. Namun demikian, Pioli dikabarkan akan memilih mempertahankan pemain jebolan primavera, Lorenzo Colombo dan Jan-Carlo Simic, untuk menjadi perwakilan pemain akademi di skuad Milan musim depan.

Kesimpulan

Theo Hernandez
Photo: acmilan.com

AC Milan, seperti klub sepak bola lainnya, harus berhati-hati dalam mengelola kebijakan transfer pemainnya. Meskipun mendatangkan pemain baru dapat meningkatkan kekuatan tim, namun kebijakan transfer berlebihan juga memiliki dampak negatif yang signifikan.

Beban keuangan yang berat, ketidakstabilan performa tim, kehilangan identitas klub, ketidakstabilan manajemen, dan pengaruh negatif terhadap pengembangan pemain muda adalah beberapa konsekuensi buruk yang harus dipertimbangkan dengan serius.

Klub harus mencari keseimbangan yang tepat antara investasi pada pemain baru dan pengembangan tim secara menyeluruh untuk mencapai kesuksesan jangka panjang. Jika semua ini berjalan seimbang, bukan tidak mungkin klub tercinta kita bisa segera kembali ke trahnya sebagai salah satu raja sepak bola Eropa.

Pos terkait