Tak Kunjung Dapatkan Direktur Olahraga Baru Adalah Cerminan dari Krisis Kepemimpinan di AC Milan!

Gerry Cardinale, Furlani, Moncada, Zlatan Ibrahimovic, Antonio D'ottavio
Gerry Cardinale, Furlani, Moncada, Zlatan Ibrahimovic, Antonio D'ottavio

Di balik citra klub yang cermat dan penuh pertimbangan, AC Milan dilaporkan tengah kesulitan dalam perencanaan strategis untuk musim 2025-26. Jauh dari narasi ‘mengevaluasi semua kandidat sebelum memilih yang terbaik’, realitasnya menunjukkan I Rossoneri kesulitan meyakinkan satu pun target utama untuk posisi krusial direktur olahraga.

Masalahnya bukan terletak pada kurangnya kandidat – media terus menyodorkan banyak nama – melainkan pada kepemimpinan, kapasitas pengambilan keputusan, bobot politik internal, dan yang terpenting: waktu. Waktu yang terus terbuang oleh Milan.

Paratici dan Tare: Peluang yang Hilang atau Sinyal Peringatan?

Dua nama sempat disebut paling dekat untuk mengisi pos direktur olahraga Milan, keduanya berstatus tanpa klub: Fabio Paratici dan Igli Tare.

Paratici, mantan petinggi Juventus, dilaporkan telah dihubungi. Sempat ada pembicaraan mengenai pertemuan penentu, namun hubungan yang sempat menghangat kembali mendingin. Meskipun baru-baru ini bertemu dengan pemilik Gerry Cardinale, Paratici dikabarkan memilih bertahan di lingkungan Spurs (meski tidak dalam peran formal karena sanksi).

Photo: REUTERS/ David Klein

Masalah waktu juga terlihat pada kandidat awal, Andrea Berta. Setelah meninggalkan Atletico Madrid, namanya berada di puncak daftar, namun Il Diavolo Rosso bergerak lambat dan Berta keburu menjalin komitmen dengan Arsenal.

Igli Tare juga mengalami proses yang berbelit. Ia bertemu dengan dua ‘kutub’ berbeda di klub: pertama dengan Cardinale dan Zlatan Ibrahimović di London, kemudian dengan CEO Giorgio Furlani – pertemuan kedua terjadi setelah Furlani terbang ke AS untuk menegaskan kembali otoritasnya kepada pemilik.

Hasilnya? Kebingungan dan tidak ada kemajuan. Tare tampak terkatung-katung dalam ketidakpastian khas era RedBird, di mana minat jarang berujung tawaran konkret, atau tawaran datang di waktu yang salah.

Daftar Panjang Tanpa Keputusan Akhir

Secara paralel, klub terus menggembar-gemborkan nama-nama lain seperti Tony D’Amico, Giovanni Sartori, hingga Giovanni Manna, seolah memberi kesan proses seleksi masih berjalan alot hingga akhir musim.

Namun, ini lebih terlihat seperti narasi untuk menutupi kurangnya arah yang jelas. Pola yang sama terulang: menyajikan ilusi banyak pilihan, namun pada akhirnya tidak memilih satu pun. Filosofi manajemen RedBird dinilai bukan mengambil risiko terukur, melainkan mensterilkan risiko sama sekali.

Setiap keputusan disaring melalui berlapis analisis, algoritma, kalkulasi biaya-manfaat, dan pertimbangan politik internal. Tidak ada yang bergerak sampai semua skenario dieksplorasi. Masalahnya, sepak bola – seperti kehidupan – tidak mau menunggu.

Preseden Fonseca dan Kelumpuhan Struktural

Photo: acmilan.com

Pemilihan Paulo Fonseca sebagai pengganti Stefano Pioli menjadi contoh nyata. Fonseca terpilih bukan karena keyakinan penuh, melainkan karena menjadi opsi terakhir yang tersisa setelah musim panas yang diwarnai pendekatan sia-sia dan evaluasi tanpa akhir terhadap kandidat lain.

Ini adalah masalah struktural: Milan cenderung membuat keputusan di akhir, ketika pasar sudah bergerak dan target terbaik telah diamankan klub lain. Kendala utamanya adalah model pengambilan keputusan yang kolegial, kompleks, dan melumpuhkan.

Tidak ada satu figur pun – Cardinale, Furlani, atau Ibrahimović – yang tampak bersedia mengambil tanggung jawab penuh. Akibatnya, mereka memilih ‘berputar-putar’ untuk menghindari risiko.

Intervensi Jorge Mendes sebelum bursa transfer musim dingin, di mana ia mendikte langkah termasuk mendorong pemecatan Fonseca (yang akhirnya batal) dan menyodorkan kliennya Sergio Conceicao, justru menyoroti betapa lamban dan ragunya manajemen Milan tanpa tekanan eksternal.

Tare: Bertahan Karena Kelambanan?

Nama Igli Tare tetap mengapung, lebih karena ketersediaannya dan mungkin kesediaannya menerima kondisi Milan, bukan karena keyakinan penuh dari klub. Namun, ia pun tampak menunggu kepastian yang tak kunjung datang.

Tanda tangan, keputusan, dan keberanian untuk memilih tampak absen. Peluang merekrut sosok berpengalaman Serie A yang bisa segera bekerja terancam sia-sia karena keraguan internal.

Masalah AC Milan bukanlah pada kurangnya data, kontak, atau kemampuan pemandu bakat. Akar masalahnya terletak pada keberanian untuk mengambil keputusan. Dalam sistem di mana tidak ada penanggung jawab tunggal yang jelas, setiap pilihan ditunda hingga terpaksa.

Photo: acmilan.com

Sepak bola di level tertinggi menuntut tindakan cepat dan tegas. Klub yang ragu-ragu berisiko mengutuk diri mereka sendiri pada ketidakrelevanan.

Milan saat ini tidak hanya butuh direktur olahraga baru, tetapi sosok yang benar-benar memiliki kekuatan untuk memutuskan, bahkan jika itu berarti menggantikan mereka yang enggan mengambil risiko.

Era baru AC Milan membutuhkan fondasi manajemen yang solid dan gesit, bukan yang terjebak dalam birokrasi dan keraguan.

Siapakah yang akhirnya akan memegang kemudi arah teknis Milan? Akankah kebuntuan ini segera berakhir?

Ikuti terus perkembangan terbaru dan analisis mendalam mengenai strategi dan manajemen AC Milan hanya di beritamilan.com!

Pos terkait