Berita AC Milan – Paulo Fonseca telah menunjukkan gaya kepelatihannya yang khas di AC Milan, yaitu mengandalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam skuad, dan tidak ragu untuk merotasi pemain.
La Gazzetta dello Sport menyebut ini sebagai “demokratisasi skuad,” di mana Fonseca berusaha memanfaatkan semua pemain secara optimal, memberikan ruang bagi pemain muda dan cadangan untuk mendapatkan menit bermain.
Pelatih asal Portugal ini menganggap tidak ada pemain yang sepenuhnya tak tergantikan di dalam timnya. Sikap ini terlihat dari beberapa keputusan kontroversial seperti mencadangkan bintang utama Rafael Leao dan memberikan Francesco Camarda—pemain muda berusia 16 tahun—kesempatan bermain sebagai starter.
Kebijakan rotasi ini dianggap sebagai upaya Fonseca untuk menjaga kebugaran pemain sekaligus menguji kedalaman skuadnya.
Rotasi Berimbas pada Jumlah Menit Bermain Pemain
Hingga saat ini, statistik menunjukkan siapa saja yang menjadi andalan Fonseca di lapangan. Dalam lima besar pemain dengan menit bermain terbanyak di semua kompetisi, nama Christian Pulisic menempati posisi pertama dengan 1.168 menit, disusul oleh Youssouf Fofana (1.139 menit), Tijjani Reijnders (1.094), Theo Hernandez (1.026), dan Emerson Royal (976).
Sebaliknya, pemain yang paling jarang tampil cenderung memiliki masalah cedera, seperti Ismael Bennacer (60 menit), Luka Jovic (78), dan Davide Calabria (221).
Namun, hampir semua pemain lain dalam skuad telah mendapat setidaknya 350 menit bermain, menandakan bahwa Fonseca mengusahakan setiap pemain terlibat secara aktif.
Kedalaman Skuad: Kunci Kelancaran Fonseca di Semua Kompetisi
Fonseca pun telah memanfaatkan bek tengah secara merata. Fikayo Tomori menjadi andalan utama dengan 905 menit bermain, diikuti oleh Strahinja Pavlovic (722), Malick Thiaw (547), dan Matteo Gabbia (539) yang sempat mengalami cedera.
Selain itu, pemain cadangan seperti Filippo Terracciano, Yunus Musah, Tammy Abraham, Samuel Chukwueze, dan Noah Okafor masing-masing telah memainkan peran mereka dengan jumlah menit bermain yang relatif signifikan.
Rotasi ini memungkinkan Milan untuk tetap bersaing di berbagai kompetisi, dan memastikan semua pemain siap jika dibutuhkan.
Dengan pola rotasi yang stabil, Fonseca berharap bisa menjaga intensitas permainan AC Milan di Serie A dan Liga Champions, serta mempertahankan kebugaran pemain dalam jangka panjang.