Salah satu aspek paling membingungkan dari musim AC Milan sejauh ini adalah kemampuan konsisten tim untuk mencetak banyak gol, meskipun tidak memiliki penyerang tengah (striker) yang benar-benar produktif. Fenomena ini menjadi semakin nyata dan menimbulkan pertanyaan menarik tentang dinamika serangan Rossoneri.
Seperti diulas oleh La Gazzetta dello Sport, situasi Milan saat ini memang cukup paradoksal. Kemenangan telak 4-0 atas Udinese menjadi contoh sempurna: empat gol tercipta tanpa kontribusi langsung dari seorang penyerang nomor 9 murni.
Gol-gol dari Rafael Leao (penyerang sayap), Strahinja Pavlovic (bek), Theo Hernandez (bek sayap), dan Tijjani Reijnders (gelandang) menggarisbawahi anomali ini.
Jika ditarik gambaran lebih luas, Milan telah berhasil menjebol gawang lawan dalam 11 pertandingan beruntun. Namun, ironisnya, kuartet penyerang mereka – Alvaro Morata (5 gol), Tammy Abraham (3 gol), Luka Jovic (2 gol), dan Santiago Gimenez (2 gol) – secara kolektif baru menyumbang total 12 gol di Serie A.
Fakta ini terasa janggal, terlebih lagi pemain nomor 9 yang secara teori menjadi starter utama, Gimenez, justru belum memulai pertandingan selama sebulan terakhir.

Krisis Produktivitas di Ujung Tombak
Perbandingan dengan lini serang tim-tim papan atas lainnya semakin memperjelas keanehan ini. Ambil contoh Inter Milan, Napoli, dan Atalanta. Mateo Retegui (Atalanta, sebagai contoh pembanding striker liga) memimpin dengan 23 gol, berada di levelnya sendiri.
Namun, semua klub rival utama Milan setidaknya memiliki satu penyerang dengan torehan gol dua digit, sesuatu yang absen di kubu Il Diavolo Rosso.
Data statistik per 90 menit bermain juga tidak mendukung para striker Milan. Tak satupun dari mereka (Morata 5,7; Abraham 5,16; Jovic 4,62; Gimenez 4,41) yang mampu mencatatkan rata-rata enam sentuhan di dalam kotak penalti lawan per 90 menit.
Angka ini kalah dari Ademola Lookman (Atalanta, lebih dari 8), Marcus Thuram (Inter) dan Retegui (mendekati 7), serta Mehdi Taremi dan Marko Arnautovic (Inter, melampaui 6).
Dari sisi akurasi penyelesaian akhir (ketepatan), trennya juga tidak membaik. Abraham dan Gimenez, yang di atas kertas merupakan pilihan utama Sergio Conceicao, memiliki rasio konversi gol yang hanya mendekati 10% (satu gol per sepuluh tembakan).
Angka ini sangat kontras dengan Arnautovic (44%), atau Retegui, Romelu Lukaku (Roma), dan Thuram (yang setara dengan Jovic) yang mendekati 25%.

Sumber Gol Alternatif dan Faktor Pendukung
Lantas, bagaimana Milan bisa secara konsisten mencetak gol sejak Februari meski para strikernya tumpul? Jawabannya terletak pada kontribusi signifikan dari lini lain dan beberapa faktor pendukung.
Kunci utamanya adalah Tijjani Reijnders. Gelandang asal Belanda ini sedang mengalami metamorfosis luar biasa, terbukti dengan torehan 10 golnya di liga – angka tertinggi di antara gelandang tim-tim papan atas Serie A (yang lain tak lebih dari enam gol).
Statistik menunjukkan transformasi Reijnders: dibandingkan musim pertamanya di bawah Stefano Pioli, jumlah tembakan tepat sasaran per laganya melonjak lebih dari tiga kali lipat (dari 0,25 menjadi 0,87). Tembakan dari dalam area penalti hampir dua kali lipat (0,64 menjadi 1,15), dan persentase konversinya meningkat tajam dari 10% menjadi 23%.

Tentu saja, ada alasan lain di balik produktivitas gol Milan. Pertama, Luka Jovic dan Tammy Abraham tengah menunjukkan performa positif belakangan ini. Kedua, Rafael Leao baru-baru ini kembali menemukan sentuhan terbaiknya, sesuai dengan reputasi besarnya.
Ketiga, Milan secara inheren lebih condong menyerang daripada bertahan, sebuah ironi mengingat DNA taktis pelatih mereka, Sergio Conceicao, yang dikenal solid dalam bertahan. Keempat, tim ini memiliki kemampuan alami untuk menemukan solusi dan bangkit ketika tertinggal.
Meskipun demikian, kemampuan mencetak gol ini seringkali dibayar dengan kerentanan di lini belakang. Milan jarang mampu mengunci pertandingan atau setidaknya menutup babak pertama tanpa kebobolan, meski selalu mampu menciptakan peluang berbahaya.
Inilah wajah Milan saat ini: menghibur bagi penonton netral karena selalu menyajikan tontonan menarik, namun membuat para penggemar Milanisti sedikit frustrasi karena mendambakan kontrol permainan yang lebih dominan.
Ingin dukung kami? Kami menulis dengan semangat cinta untuk AC Milan. Setiap dukunganmu, sekecil apa pun, sangat berarti bagi kami. Kamu bisa berdonasi melalui Saweria: 🔗 https://saweria.co/beritamilan.