Berita AC Milan – Setelah melalui musim-musim yang sulit, Rafael Leao pada musim ini tampak mulai menemukan bentuk permainan terbaiknya. Kini pemain berusia 22 tahun itu menjadi sosok tak tergantikan di sayap kiri I Rossoneri.
Perannya begitu krusial dalam penampilan apik AC Milan musim ini. Catatan 4 gol dan 3 assist dari 11 pertandingan merupakan bukti sahih jika Leao kini sudah jauh lebih matang dan memiliki dampak merusak yang lebih tinggi.
Namun begitu rupanya Leao kerap kali membuat amarah legenda AC Milan, Fabio Capello, meledak. Dalam wawancara terbarunya, Capello mengakui kehebatan pemain Portugal itu, namun ia seringkali terlihat hanya bermain-main saja.
“Leao? Mengelola pemain adalah hal mendasar. Leao memiliki potensi yang sangat besar, memiliki visi bermain dan kualitas. Dia meremehkan dirinya sendiri: dia membuat perbedaan dalam kualitas, teknik, dan visi permainan.” buka Capello kepada Sky Sport Italia.
“Dia melihat ke mana harus mengoper bola, dari luar, menerobos, yang tidak dilihat orang lain. Dia benar-benar bisa menjadi pemecah kebuntuan, tetapi dia harus meyakinkan dirinya sendiri tentang hal ini; terkadang dia sedikit main-main dan membuatku marah!”
Capello juga turut mengomentari tentang 2 pemain AC Milan lainnya yaitu Davide Calabria dan juga Brahim Diaz.
“Calabria adalah pemain yang saya pikir dia tidak bisa bermain untuk Milan di hari-hari awal. Dia selalu dalam kesulitan besar, dia hampir selalu diganti. Dia keras kepala tetapi dia juga terbantu.”
“Dia sudah sangat matang, dia bermain bagus di kanan, di kiri, di lini tengah, dia selalu mengejutkan tim. Saya pikir dia juga pantas mendapatkan posisi permanen di tim nasional.”
“Namun, di Milan,” kata Capello, “ketidakhadiran Brahim Diaz sangat terasa. Saya tidak berpikir siapa pun memiliki kualitas untuk melewati bek dan melakukan sesuatu yang lebih seperti dia.” tutupnya.
Apa yang disampaikan Fabio Capello memang ada benarnya. Tanpa kehadiran Brahim Diaz, permainan AC Milan selalu mandek di lini tengah. Daniel Maldini dan Rade Krunic yang menggantikannya justru membuat Milan seperti sedang bermain dengan 10 orang pemain.