BeritaBincang-bincangWawancara

WAWANCARA EKSKLUSIF! Simon Kjaer Kritik Pedas Leao: “Belajar dari Gabbia!”

×

WAWANCARA EKSKLUSIF! Simon Kjaer Kritik Pedas Leao: “Belajar dari Gabbia!”

Sebarkan artikel ini
Simon Kjaer
Photo: acmilan.com

Legenda lini belakang AC Milan, Simon Kjaer, akhirnya buka-bukaan dalam wawancara panjang pagi ini. Ia membahas segalanya mulai dari kepergiannya, kenangan Scudetto 2022, hingga kondisi klub saat ini.

Kjaer adalah pilar kunci dalam kemenangan Scudetto 2021-22, meskipun ia absen di paruh kedua musim karena cedera. Pengalamannya bersama Zlatan Ibrahimovic di ruang ganti menjadi faktor penting kesuksesan I Rossoneri kala itu.

Setelah kontraknya berakhir di musim 2023-24, Kjaer mengucapkan selamat tinggal pada San Siro dan akhirnya memutuskan pensiun. Dalam wawancara dengan Gazzetta dello Sport, ia memberikan pandangan jujurnya tentang Milan.

Kenangan Scudetto dan Peran ‘Kekacauan’ Ibra

Simon Kjaer Ibrahimovic Pioli
Photo: https://www.acmilan.com

Kjaer menegaskan bahwa hubungannya dengan fans Milan sangat spesial. Ia mengaku sebagai penggemar Milan, berbeda dengan klub lain yang pernah ia bela.

“Saya penggemar Milan dan Denmark, sementara saya ingin klub lain [yang pernah saya bela] bermain bagus: itu berbeda. Para penggemar Milan mengerti itu.”

Mengenang Scudetto 2022, ia menyoroti peran ganda Zlatan Ibrahimovic di ruang ganti. Menurutnya, Zlatan adalah pencipta ketegangan yang esensial untuk menang.

“Ibra menciptakan ketegangan, baik positif maupun negatif. Dia hanya ingin menang. Pioli sangat pandai memahami momen, dan kami pandai mengelola kekacauan yang diciptakan Ibra. Terkadang Anda harus meletakkan tangan di bahunya dan berkata kepadanya ‘tenang, bernapaslah.’ Tapi Zlatan mengajari saya banyak hal.”

Kritik Musim Lalu, Pujian untuk Allegri

Photo: www.acmilan.com

Kjaer menilai kecocokan itu hilang di musim 2024-2025 karena terlalu banyak perubahan di setiap level. Ia mengaku menyimpan rahasia ruang ganti yang tidak bisa ia ungkapkan ke publik.

“Bagi saya, sudah terlalu banyak perubahan. Di setiap level. Saya tidak akan bicara lebih banyak karena saya harus membicarakan hal-hal yang saya ketahui dari teman-teman saya, dan ini rahasia. Tentu saja, saya terluka seperti semua penggemar, dan sekarang saya jauh lebih baik.”

Sebaliknya, ia sangat memuji Milan di era Massimiliano Allegri, terutama dengan kedatangan Modric dan Rabiot. “Ini Milan lagi,” ujarnya, dan ia yakin mereka bisa memenangkan Scudetto.

“Jika Anda mendatangkan Modric dan Rabiot, Anda mendapatkan pengalaman… Bagi saya, mereka bisa memenangkan Scudetto karena mereka memiliki pelatih yang tepat. Sekarang Anda tahu siapa yang bertanggung jawab. Tahun lalu, saya tidak tahu.”

Pesan Menohok untuk Rafael Leao

Photo: www.acmilan.com

Kjaer memuji Matteo Gabbia sebagai pemain yang sangat profesional dan pewaris idealnya. Ia kemudian menggunakan standar Gabbia untuk mengkritik Rafael Leao.

“Ya, saya menyukainya [Gabbia]. Sulit menemukan pemain yang lebih profesional: dia siap berkorban untuk Milan.”

Kjaer menuntut Leao untuk lebih konsisten jika ingin mencapai level bintang dunia. “Ya, masuk akal [meminta Leao konsisten], saya juga akan meminta itu darinya,” tegas Kjaer.

“Rafa bisa menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Seandainya saja dia belajar sedikit dari Gabbia… Dembélé memenangkan Ballon d’Or dan Rafa bisa berada di level yang sama. Dia perlu berkembang 1% setiap hari.”

Ia juga memberi peringatan keras soal usia Leao yang sudah menginjak 26 tahun. “Dia tidak bisa melakukannya sendiri… Dia berusia 26 tahun, dan di usia 29 tahun itu sudah terlambat: sekarang atau dia tidak akan mencapainya,” tambahnya.

Momen Emosional Eriksen dan Masa Depan

KJAER eRIKSEN

Dalam wawancara tersebut, Kjaer juga mengenang insiden henti jantung Christian Eriksen. Momen itu diakuinya mengubah segalanya dalam hidupnya.

“Semuanya. Jika Christian meninggal, saya tidak akan bermain lagi. Saya mengerti bahwa sepak bola adalah sepak bola, hidup adalah hidup. Sepak bola adalah kerja keras dan gairah, hidup adalah sesuatu yang lain.”

Terakhir, Kjaer mengungkapkan alasannya pensiun adalah demi keluarga dan anak-anaknya. Ia kini menjadi dewan direksi Midtjylland namun berharap bisa kembali bekerja di Italia suatu hari nanti, bahkan mungkin di Milan.