Tijjani Reijnders: Milan Harus Lebih Agresif dan Tenang untuk Leg Kedua

Photo: acmilan.com

AC Milan harus menghadapi kenyataan pahit setelah kalah 1-0 dari Feyenoord di leg pertama play-off Liga Champions di De Kuip. Kekalahan ini membuat Rossoneri harus bekerja keras di leg kedua untuk membalikkan keadaan. Salah satu pemain Milan, Tijjani Reijnders, memberikan refleksi jujur tentang performa timnya setelah pertandingan.

Reijnders, yang berbicara kepada Sky Italia dan komentarnya dikutip oleh MilanNews, menyatakan bahwa kurangnya agresi menjadi salah satu penyebab utama kekalahan Milan. Ia juga mengakui bahwa ada momen-momen di mana timnya tidak cukup tenang dalam pengambilan keputusan, termasuk dirinya sendiri.


Komentar Tijjani Reijnders:

Apa yang salah?

“Saya pikir saya seharusnya tidak terlalu terburu-buru dalam menembak. Kami membiarkan serangan balik dan kami tahu serangan itu berbahaya. Pada akhirnya agresi kami tidak cukup.”

Reijnders mengakui bahwa ia sendiri membuat keputusan yang kurang tepat dalam beberapa momen, termasuk saat mencoba menyelesaikan peluang. Ia juga menyoroti bahwa Milan gagal menunjukkan agresivitas yang cukup, baik dalam menyerang maupun bertahan, terutama melawan tim seperti Feyenoord yang terkenal dengan intensitas tinggi mereka.


Bagaimana Anda menilai susunan pemain inti dengan empat penyerang?

“Saya tidak berpikir masalahnya adalah jumlah penyerang, semua orang ingin bekerja dan berjuang untuk tim. Saya pikir agresi tidak cukup dan kami harus mengubah pertandingan berikutnya.”

Reijnders membela formasi menyerang Milan yang menggunakan empat penyerang, dengan menyatakan bahwa masalah utama bukanlah jumlah pemain ofensif, melainkan kurangnya agresi dan intensitas yang ditunjukkan oleh seluruh tim.

Pemain berdarah Maluku itu percaya bahwa semua pemain memiliki niat untuk bekerja keras, tetapi pendekatan tim harus ditingkatkan untuk pertandingan berikutnya.

Photo: acmilan.com

Analisis Performa Milan

Komentar Reijnders mencerminkan beberapa kelemahan utama yang terlihat dalam kekalahan Milan dari Feyenoord:

  1. Kurangnya Agresi:
    • Milan terlihat pasif dalam banyak momen penting, terutama dalam duel fisik dan transisi permainan. Feyenoord mampu memanfaatkan kelemahan ini dengan tekanan tinggi mereka.
  2. Keputusan yang Tidak Tepat:
    • Baik Reijnders maupun pemain lain terlihat kurang tenang dalam pengambilan keputusan, terutama di sepertiga akhir lapangan. Peluang yang ada tidak dimanfaatkan dengan baik, dan serangan balik Feyenoord sering kali membahayakan.
  3. Formasi Empat Penyerang:
    • Meskipun formasi ini memberikan potensi serangan yang lebih besar, Milan gagal memanfaatkannya secara maksimal. Kurangnya koordinasi dan agresivitas kolektif membuat formasi ini tidak efektif dalam menciptakan peluang nyata.

Tantangan untuk Leg Kedua

AC Milan kini harus menghadapi tantangan besar di leg kedua di San Siro. Untuk membalikkan defisit satu gol, tim harus menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa aspek:

  • Agresivitas: Tim harus bermain dengan intensitas lebih tinggi, memenangkan duel-duel penting, dan memberikan tekanan lebih besar pada Feyenoord.
  • Ketajaman di Depan Gawang: Peluang yang tercipta harus dimanfaatkan dengan lebih baik, dan pemain seperti Reijnders, Rafael Leão, dan Olivier Giroud harus lebih klinis.
  • Koordinasi dan Ketahanan: Formasi menyerang harus didukung oleh kerja sama yang lebih baik antara lini tengah dan belakang untuk menghindari serangan balik berbahaya dari Feyenoord.
Photo: acmilan.com

Kesimpulan

Tijjani Reijnders memberikan penilaian yang jujur tentang kekurangan Milan dalam pertandingan melawan Feyenoord, terutama terkait kurangnya agresi dan ketenangan. Namun, dengan dukungan para penggemar di San Siro dan pelajaran yang diambil dari kekalahan ini, Milan memiliki peluang untuk membalikkan keadaan di leg kedua.

Kunci keberhasilan I Rossoneri terletak pada kemampuan mereka untuk meningkatkan intensitas, memperbaiki penyelesaian akhir, dan bermain dengan mentalitas yang lebih kuat. Seperti yang dikatakan Reijnders, “Kami harus mengubah pertandingan berikutnya,” dan itu adalah satu-satunya cara bagi Rossoneri untuk menjaga impian mereka di Liga Champions tetap hidup.

Pos terkait