Pelatih Juventus, Thiago Motta, mengakui bahwa timnya menunjukkan kelemahan karakter setelah kalah 2-1 dari AC Milan di semifinal Supercoppa Italiana. Meski kalah, eks pelatih Bologna itu menilai Milan tidak layak menang karena tidak berbuat banyak melawan timnya.
Kekalahan ini menjadi pukulan besar bagi Bianconeri, yang sempat memimpin lebih dulu melalui gol spektakuler Kenan Yildiz, tetapi akhirnya menyerah setelah kebangkitan cepat Milan di babak kedua.
Babak Pertama yang Positif, Babak Kedua yang Mengecewakan
Juventus tampaknya memulai pertandingan dengan baik, terutama setelah gol dari Kenan Yildiz, yang menggantikan Francisco Conceição di menit terakhir sebelum kick-off karena cedera. Pemain muda itu melepaskan tembakan keras ke sudut atas gawang, memberi Juventus keunggulan di babak pertama.

Namun, segalanya berubah drastis di babak kedua. Milan mencetak dua gol dalam waktu empat menit, dimulai dengan penalti dari Christian Pulisic setelah pelanggaran oleh Manuel Locatelli, diikuti oleh gol bunuh diri Federico Gatti, yang membelokkan umpan silang Yunus Musah.
Motta merasa timnya gagal memanfaatkan peluang untuk mengakhiri pertandingan lebih awal.
“Kami tentu tidak bisa senang dengan apa yang kami lakukan, terutama di babak pertama, sementara di babak kedua kami juga gagal mengonversi peluang untuk mengakhiri pertandingan. Milan juga tidak berbuat banyak, jadi mereka seharusnya tidak bisa memenangkan pertandingan hanya dengan melakukan itu,” ujar Motta kepada Sport Mediaset.
Kritik terhadap Pilihan Thiago Motta
Beberapa keputusan Motta dalam pertandingan ini menuai kritik, terutama terkait pergantian pemain. Salah satu yang paling disorot adalah keputusannya menarik keluar Dusan Vlahovic setelah 65 menit dan menggantinya dengan Nico Gonzalez, yang kemudian dimainkan sebagai penyerang tengah. Keputusan ini membuat Juventus kehilangan daya serang mereka di sisa pertandingan.
Ketika ditanya tentang pilihannya, Motta mempertahankan keputusannya.
“Semua pilihan yang saya buat selama pertandingan adalah untuk kebaikan tim, terserah Anda untuk menilai apakah saya melakukannya dengan benar atau tidak.”

Kurangnya Karakter dan Ketidakmampuan untuk Bereaksi
Motta juga mengakui bahwa kekalahan ini mencerminkan kurangnya karakter dalam timnya, terutama ketika menghadapi situasi sulit.
“Kami perlu meningkatkan karakter kami, karena kami memegang kendali, kami menciptakan peluang untuk mengakhiri pertandingan dan tidak melakukannya. Karakter berperan saat insiden negatif terjadi dan Anda harus mampu bereaksi. Pada insiden negatif pertama hari ini, kami tidak bereaksi dan menyia-nyiakan kesempatan untuk bermain di Final, yang selama 70 menit sepenuhnya berada di tangan kami.”
Motta juga membandingkan kekalahan ini dengan hasil imbang mereka sebelumnya melawan Fiorentina, di mana Juventus juga gagal mempertahankan keunggulan.
“Situasinya berbeda, meskipun hasil imbang terbaru dengan Fiorentina cukup mirip, karena kami telah memimpin dan juga memegang kendali di sana. Dalam pertandingan lain kami tertinggal dan membuktikan bahwa kami memiliki karakter untuk bangkit dan bahkan mencoba memenangkannya.”
Cedera Francisco Conceição dan Dampaknya
Francisco Conceição, yang awalnya dijadwalkan bermain sebagai starter, harus ditarik keluar saat pemanasan karena masalah otot. Motta mengakui bahwa absennya Conceição memengaruhi rencana permainan Juventus.
“Kami akan mengevaluasinya, ia merasakan nyeri dan tidak dapat memulai pertandingan. Ia pemain penting bagi kami, di babak kedua kami membutuhkan sesuatu yang ekstra dan ia dapat memberikan itu kepada kami.”

Kesimpulan: Langkah Mundur bagi Juventus
Kekalahan ini menjadi kekalahan kompetitif kedua Juventus musim ini, tetapi dampaknya terasa lebih besar karena ini adalah semifinal yang memberikan peluang besar untuk meraih trofi. Motta mengakui bahwa ini adalah langkah mundur bagi timnya.
“Ini adalah kekalahan penting, ya, karena itu adalah pertandingan di mana kami memiliki peluang yang sangat besar untuk mencapai Final. Ini mengecewakan, saya merasa bahwa kami memiliki peluang yang sangat besar untuk mengalahkan Milan dan kami tidak mampu melakukannya.”
Dengan hasil ini, Juventus harus kembali mengevaluasi performa mereka, terutama dalam hal mempertahankan keunggulan dan bereaksi terhadap situasi sulit. Sementara itu, AC Milan melaju ke final untuk menghadapi Inter dalam Derby della Madonnina di Riyadh.