Mantan bek tengah andalan AC Milan, Simon Kjaer, baru-baru ini angkat bicara mengenai situasi terkini di klub yang pernah dibelanya, sekaligus membuka pintu untuk kemungkinan kembali ke ‘klubnya’ di masa depan, meski dalam peran yang berbeda. Wawancara ini menyoroti apa yang hilang dari Milan musim ini: kepemimpinan dan pengalaman.
Kjaer, dalam banyak hal, merepresentasikan figur yang sangat dirindukan Milan musim ini. Sederhananya, itu adalah kepemimpinan dan pengalaman di ruang ganti. Alvaro Morata, yang sempat dikabarkan datang untuk mengatasi masalah di ruang ganti, nyatanya tidak dapat memberikan dampak signifikan.
Akibatnya, Rossoneri menjalani salah satu musim terburuk mereka dalam beberapa tahun terakhir dan dipastikan absen dari kompetisi Eropa musim depan.
Kehadiran seorang ‘Kjaer’ di ruang ganti, dengan standar yang kerap tak terjaga, sangat dirindukan. Pemain asal Denmark tersebut berbicara kepada TeleLombardia (disampaikan oleh Milan News) mengenai Milan, masa depannya, dan musim yang baru saja berlalu.
Masa Depan dan Aspirasi Kjaer
Ketika ditanya mengenai masa depannya, Kjaer menjawab, “Pertanyaan bagus, saya sedang mempertimbangkan banyak hal: sekarang saya telah bergabung dengan klub lama saya untuk melihat bagaimana cara kerja klub sepak bola. Saya telah bekerja di sana selama enam bulan. Saya tidak tahu apakah saya ingin menjadi pelatih atau manajer.”
Ia menambahkan, “Jika ada satu hal yang diajarkan sepak bola kepada saya, itu adalah bahwa sepak bola tidak menutup pintu bagi Anda: jika saya harus memilih, saya lebih cocok menjadi manajer daripada pelatih, tetapi saya juga berpikir itu dapat berubah; itu tergantung pada proyeknya.
“Saya beruntung memiliki kesabaran untuk menemukan gairah baru dan sesuatu yang merangsang saya. Sedikit demi sedikit, saya harus menemukan dunia baru saya, jalan baru saya dan saat ini saya adalah seorang ayah yang sangat bersemangat.”
Potensi Kembali ke Milan
Mengenai kemungkinan kembali ke Milan suatu hari nanti, Kjaer menyatakan dengan antusias, “Ya, kenapa tidak? Milan selalu menjadi klub saya. Ketika saya pergi ke Palermo pada usia 19 tahun, saya selalu memberi tahu agen bahwa saya ingin pergi ke sana; kemudian saya berakhir di sana dan menjalani empat setengah tahun yang fantastis.
“Sekarang, tidak, saya ingin menjadi seorang ayah. Saya tidak ingin memaksakan diri untuk masuk ke suatu tempat: jika saya harus masuk ke suatu klub, dalam peran apa pun, saya harus mempelajari beberapa hal.”
Ia juga terbuka untuk meminta saran dari Zlatan Ibrahimovic, “Ya, saya bisa bertanya kepadanya dan memahami apa yang berhasil dan apa yang tidak. Namun, dalam karier saya, saya harus menjalani perjalanan dan pengalaman saya sendiri. Yang terpenting, saya harus merasakan apa yang saya suka dan apa yang tidak.”
Pandangan Kjaer Terhadap Musim Milan
Sebagai seorang pengamat, Kjaer merasakan kesulitan yang dialami Milan. “Saya menjalani hidup seperti semua penggemar, itu adalah musim yang sulit: ini adalah sepak bola. Kami memulai lagi, dan Milan harus memulai lagi.”
Mengenai saran, ia berhati-hati, “Sulit, karena saya tidak tahu apa yang terjadi dan apa yang sedang terjadi, ada terlalu banyak hal yang harus dipahami sebelum berbicara. Saya mencintai semua orang yang ada di sana: para pemain, Zlatan, Furlani, Moncada, yang dekat dengan saya dan saya bekerja dengan mereka…”
“Saya tahu bahwa mereka akan berusaha melakukan yang terbaik untuk Milan. Kemudian itu tidak berjalan dengan baik, dan mereka merasa sulit. Namun, saya 100% yakin bahwa mereka akan melakukan yang terbaik untuk memiliki musim yang baik tahun depan.”
Terkait protes para penggemar, Kjaer menunjukkan pemahaman mendalam, “Para penggemar selalu benar, mereka melakukan sesuatu untuk emosi, dan saya pikir tidak ada yang bisa menentang perasaan para penggemar musim ini: Saya benar-benar memahami mereka.”
Mengenai siapa yang patut disalahkan, ia berpendapat, “Semua orang harus disalahkan, karena semua orang ada di dalam klub Milan. Untuk menentukan persentasenya, Anda juga harus memahami apa yang terjadi, siapa yang membuat keputusan. Saya bukan hakim: satu-satunya hal yang saya inginkan adalah Milan menjadi lebih baik.”
Kjaer juga mengonfirmasi bahwa ia masih berhubungan dengan mantan rekan setimnya dan merasakan kekecewaan mereka. “Kami saling berhubungan, mereka adalah teman-teman saya. Mereka, seperti semua penggemar, telah melalui masa sulit, dan itu membebani mereka.”
“Para penggemar harus memahami bahwa itu juga membebani para pemain, mereka tidak pergi berlatih dengan gembira dan tenang. Itu juga merupakan kekecewaan bagi mereka.” tutupnya.
Perspektif Penulis:
Wawancara Simon Kjaer ini bukan sekadar nostalgia, melainkan sebuah cerminan kerinduan akan sosok pemimpin sejati di Milan. Kata-katanya menyiratkan sebuah kekosongan – kekosongan akan standar, pengalaman, dan figur yang bisa menjadi panutan di ruang ganti yang tampak rapuh musim ini.
Milan tidak hanya kehilangan seorang bek berkualitas ketika Kjaer pergi, tetapi juga pilar mental dan seorang profesional teladan.
Di tengah upaya Milan mencari identitas dan stabilitas baru, terutama dengan potensi perubahan di kursi kepelatihan, mempertimbangkan individu dengan DNA Milan seperti Kjaer untuk peran di masa depan bisa menjadi langkah strategis. Pengalamannya, pemahamannya akan tekanan bermain di klub sebesar Milan, dan rasa cintanya pada klub adalah aset yang langka.
Untuk semua berita terbaru AC Milan yang diulas secara lebih mendalam, terus kunjungi situs Beritamilan.com!