Berita AC Milan – Seorang Milanisti pasti bakal setuju jika “Bapak Revolusioner Il Rossoneri” disematkan ke Silvio Berlusconi. Mantan perdana menteri Italia tersebut memang menjadi sosok yang paling berpengaruh dalam kejayaan AC Milan baik di Italia maupun Eropa.
Mengesampingkan sosoknya yang kerap melakukan hal-hal kontoversial, Berlusconi sukses mengubah wajah Milan dengan berbagai gelar yang dimenangkan selama Ia menjabat sebagai pemimpin tertinggi di San Siro.
Kehadiran Berlusconi ke Milan, memang seperti menemukan sebongkah emas di perut bumi. Awal 1980-an Milan hanya menjadi tim medioker yang bolak-balik dari Serie ke Serie B. Klub mengalami krisis finansial yang teramat parah, hingga akhirnya Silvio Berlusconi membeli AC Milan dari Giuseppe Farina sebesar 40 juta liram atau setara 97 miliar rupiah.
Berasal dari latar belakang pebisnis Real Estate, Berlusconi mulai membangun “Branding” klub agar pundi-pundi keuangan membaik.
Dua hal yang paling berpengaruh adalah memperbaiki strategi marketing Milan dengan membuka toko official merchandise sepak bola, serta menerbitkan majalah Forza Milan, dan menunjuk Arrigo Sacchi sebagai manajer.
Kejayaan Milan pun dimulai, Sacchi yang awalnya dianggap remeh karena hanya mempunyai pengalaman melatih klub Serie B AC Parma. Meski begitu Sacchi mendapatkan kepercayaan penuh dari sang presiden Silvio Berlusconi.
Pergerakan Sacchi yang paling berpengaruh adalah ketika membawa “Trio Belanda” Marco Van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit ke San Siro pada musim 1987/1988.
Satu tahun kemudian, Sacchi menjawab keraguan publik dengan memberikan gelar Scudetto setelah mengalami puasa gelar selama hampir 1 dekade.
Cerita manis Milan berlanjut ke pentas Eropa. Absen lama di Liga Champions, Milan akhirnya memastikan diri bermain di kasta tertinggi Eropa setelah memenangi gelar Scudetto di musim 1988/1989. Comeback tersebut berjalan manis dengan Milan yang berhasil keluar sebagai juara selama dua tahun beruntun (1989-1990).
Prestasi demi prestasi diraih oleh AC Milan saat berada di bawah naungan Silvio Berlusconi. Tak hanya dengan Sacchi, Milan juga mampu merajai Italia saat dilatih oleh Fabio Capello.
Empat gelar Scudetto, tiga gelar Supercoppa Italiana, dan 1 gelar UCL berhasil dipersembahkan Capello kepada Milan.
Namun Milan kembali terpuruk sejak kepergian Capello ke klub sepakbola raksasa Spanyol, Real Madrid. Di masa ini, Milan kembali berpikir keras mengembalikan kejayaannya yang telah hilang.
Langkah yang dilakukan Silvio Berlusconi diantaranya adalah kembali menunjuk Sacchi sebagai pelatih AC Milan. Namun hasil kali ini berbeda, Sacchi gagal memenuhi ekspektasi sang presiden hingga akhirnya dipecat.
Kepergian Sacchi membuat banyak pihak yang mengatakan bahwa era Milan telah habis. Apalagi Fabio Capello yang ditarik kembali ke San Siro, namun nasibnya pun sama seperti Sacchi, dipecat.
Hingga akhirnya pada November 2001 mantan pemain legendaris AC Milan, Carlo Ancelotti, ditunjuk sebagai pelatih. Era kejayaan Il Diavolo Rosso pun kembali terulang.
Bersama Don Carlo, Milan meraih 8 gelar dengan rincian 1 gelar piala Italia, 1 gelar Scudetto, 2 gelar Supercoppa, 2 gelar Champions League, 2 gelar piala super UEFA, dan 1 gelar piala dunia antarklub.
Kejayaan Milan bersama Silvio Berlusconi memasuki dekade ketiga ketika Ia menjabat. Perlahan-lahan Milan mulai kehilangan panggungnya di Eropa hingga ke pentas domestik. Hal ini diperburuk dengan berbagai kasus yang menimpa sang presiden klub.
Puncaknya di tahun 2017, Berlusconi menjual seluruh sahamnya ke pengusaha asal Tiongkok, Yonghong Li setelah menjabat selama 31 tahun, kisah cinta Berlusconi bersama Milan benar-benar telah berakhir.
Namun nama Berlusconi masih kekal dikenang sebagai salah satu pemilik klub tersukses di Eropa. Selama memimpin Milan, I Rossoneri telah berhasil menyabet 29 gelar termasuk 5 gelar liga Champions.
Grazie Presidente!