Sejak kedatangan Sergio Conceicao sebagai pelatih kepala AC Milan, harapan tinggi sempat mengiringi awal masa jabatannya. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tren inkonsistensi yang sudah menjadi masalah Milan dalam beberapa musim terakhir terus berlanjut.
Situasi ini tidak hanya menambah tekanan pada klub, tetapi juga menempatkan Conceicao dalam posisi yang semakin sulit.
Ketidakstabilan di AC Milan: Masalah yang Berlanjut
Dalam tiga musim terakhir, AC Milan telah mengalami terlalu banyak pasang surut. Ketidakkonsistenan dalam performa tim menjadi masalah utama, yang diperparah dengan:
- Pergantian Pelatih yang Terlalu Sering: Tiga pelatih kepala dalam 12 bulan terakhir menunjukkan kurangnya stabilitas di level manajemen.
- Hasil yang Tidak Memuaskan: Meskipun ada beberapa kemenangan besar, hasil tersebut sering kali dibayangi oleh kekalahan mengecewakan dan kurangnya semangat Milanisti secara keseluruhan.
- Tekanan Kompetisi Eropa: Kekalahan dari Feyenoord di Liga Champions menjadi pukulan telak, yang berpotensi mengakhiri impian Milan untuk tampil di kompetisi bergengsi Eropa musim depan.

Paralel dengan Masa Paulo Fonseca
Masa jabatan Sergio Conceicao memiliki kemiripan dengan periode Paulo Fonseca di Milan. Kedua pelatih menghadapi tantangan besar dalam membangun konsistensi tim:
- Hasil Besar yang Tersebar: Keduanya mampu mencatatkan beberapa kemenangan penting, tetapi gagal mempertahankan momentum.
- Kurangnya Identitas Tim: Milan di bawah Conceicao, seperti di era Fonseca, terlihat kehilangan semangat dan identitas yang khas, sesuatu yang sangat penting bagi klub sebesar AC Milan.
Frustrasi di Sekitar Milanello
Menurut Corriere dello Sport, frustrasi kini menyelimuti AC Milan, baik dari pihak klub maupun dari Conceicao sendiri. Beberapa poin penting yang mencerminkan situasi ini:
- Ketidakpercayaan yang Meningkat: Ada pembicaraan tentang ketidakpercayaan terhadap Conceicao di dalam klub, yang membuat posisinya semakin terancam.
- Kesepian dan Tekanan: Setelah kekalahan dari Feyenoord, Conceicao dilaporkan merasa kesepian, menunjukkan betapa beratnya tekanan yang ia hadapi.
- Kemungkinan Kepergian: Bahkan jika Milan secara ajaib berhasil mengamankan tempat di Liga Champions musim depan, tidak ada jaminan bahwa Conceicao akan bertahan.
Conceicao di Ujung Tanduk
Saat ini, Sergio Conceicao berjalan di atas seutas benang tipis. Setiap keputusan, setiap hasil pertandingan, dapat menjadi penentu masa depannya di klub. Dengan ketidakpastian yang mengelilingi Milanello, Conceicao harus menemukan cara untuk membalikkan keadaan dengan cepat.

Apa yang Harus Dilakukan Milan?
Untuk keluar dari situasi sulit ini, Milan harus segera mengambil langkah strategis:
- Memberikan Dukungan kepada Pelatih: Jika klub memutuskan untuk mendukung Conceicao, mereka harus memberinya waktu dan sumber daya untuk membangun kembali tim.
- Menemukan Stabilitas: Pergantian pelatih yang terlalu sering hanya akan memperburuk situasi. Stabilitas di level manajemen sangat penting untuk kesuksesan jangka panjang.
- Membangun Identitas Tim: Milan harus kembali menemukan semangat dan identitas yang khas, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Kesimpulan
Sergio Conceicao menghadapi tantangan besar di AC Milan, dengan inkonsistensi tim dan tekanan besar dari klub dan penggemar. Masa depannya di Milan sangat tidak pasti, tetapi satu hal yang jelas: Milan harus segera menemukan jalan keluar dari siklus ketidakstabilan ini jika mereka ingin kembali menjadi kekuatan dominan di Italia dan Eropa.
Bagi Conceicao, waktu hampir habis, dan setiap pertandingan ke depan akan menjadi ujian besar bagi kemampuannya untuk membalikkan keadaan.