Kekalahan 1-2 dari Cremonese pada laga pembuka Serie A meninggalkan banyak ruang untuk perbaikan bagi AC Milan. Analis taktik, Rohit Rajeev, telah membedah beberapa poin krusial yang menyebabkan Rossoneri gagal menampilkan permainan terbaik mereka dan terlihat mengulangi kesalahan dari musim sebelumnya.
Berikut adalah beberapa catatan taktis penting dari pertandingan di San Siro tersebut.
Kesalahan Individu dan Taktik Serangan yang Buntu

Secara defensif, gol pertama Cremonese lahir dari kesalahan individu di mana Ruben Loftus-Cheek dan Strahinja Pavlovic sama-sama ‘terpaku pada bola’ (ball watching) dan gagal menjaga lawan mereka saat situasi umpan silang. Ini adalah masalah mendasar dalam bertahan yang seharusnya tidak terjadi.
Di sisi serangan, I Rossoneri mencoba menerapkan taktik ‘memiringkan lapangan’ (field tilting) dengan menarik lawan ke satu sisi untuk membuka ruang di sisi lain. Namun, strategi ini gagal karena tim dinilai terlalu lambat dan tidak cukup berani dalam menempatkan banyak pemain di lini depan untuk meregangkan blok pertahanan Cremonese yang solid dan rapat.
Peran Pulisic yang Membingungkan

Salah satu sorotan utama adalah peran Christian Pulisic yang sangat membingungkan. Bermain sebagai striker kedua dalam formasi 3-5-2, ia hampir tidak memiliki kombinasi atau interaksi permainan dengan Santiago Gimenez. Pulisic justru sering turun terlalu dalam, yang memaksa gelandang seperti Youssouf Fofana untuk maju mengisi posisi striker. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai instruksi taktis yang sebenarnya diberikan kepada pemain asal Amerika Serikat tersebut.
Absennya Ricci dan Kurangnya Sinkronisasi

Dua masalah signifikan lainnya juga menjadi catatan penting bagi Massimiliano Allegri. Pertama, keputusan untuk mencadangkan Samuele Ricci sepanjang pertandingan menjadi tanda tanya besar, padahal sang pemain adalah andalan utama di lini tengah selama periode pramusim.
Kedua, para pemain Il Diavolo Rosso terlihat kurang sinkron di lapangan. Dalam beberapa momen, mereka seringkali berlari ke jalur lari yang sama atau menghalangi satu sama lain, sebuah pertanda jelas bahwa pemahaman taktis kolektif sebagai sebuah tim masih belum matang.
Analisis taktis ini menunjukkan bahwa sebuah tim sepak bola ibarat sebuah orkestra: ‘memiliki pemain-pemain hebat saja tidak cukup, dibutuhkan seorang konduktor yang menyatukan mereka dalam satu irama’. Bagi Milan, tantangan terbesar Allegri kini adalah menyatukan talenta-talenta di skuadnya menjadi sebuah unit yang sinkron dan harmonis.
Terus ikuti perkembangan dan berita AC Milan terbaru hanya di Beritamilan.com.