Kekalahan 2-1 dari Bologna di Stadio Dall’Ara tidak hanya menyakitkan bagi AC Milan, tetapi juga memperlihatkan retaknya hubungan antara klub dan para pendukungnya.
Nyanyian protes dan spanduk yang dipasang di tribun menjadi gambaran nyata dari rasa frustrasi yang mendalam terhadap performa tim, pelatih, dan pemilik klub.
Spanduk ‘Hanya untuk Kaus’: Simbol Kepasrahan
Pada awal laga Serie A Minggu ke-9 yang dijadwalkan ulang, Curva Sud – basis pendukung setia Milan – memasang spanduk bertuliskan, “Hanya untuk kaus.” Pesan ini jelas menunjukkan bahwa dukungan mereka hanya ditujukan untuk kebanggaan simbol Milan, bukan untuk skuad, pelatih Sergio Conceicao, atau pemilik klub Gerry Cardinale.
Spanduk ini mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap arah klub di bawah kepemimpinan baru. Para penggemar merasa bahwa Milan kehilangan identitasnya, baik di dalam maupun di luar lapangan.

Protes yang Menggema dari Curva Sud
Sepanjang pertandingan, nyanyian protes terus menggema dari Curva Sud. Mereka menyerukan agar para pemain menunjukkan keberanian dan menyebut tim saat ini sebagai “tim yang buruk.” Beberapa nyanyian bahkan menyuarakan rasa muak terhadap performa Milan musim ini, yang dianggap jauh dari harapan.
Tak hanya pemain dan pelatih, pemilik klub Gerry Cardinale juga menjadi sasaran kemarahan. Nyanyian yang mendesak Cardinale untuk menjual klub semakin sering terdengar, mencerminkan ketidakpuasan terhadap manajemen klub di bawah RedBird Capital.
Namun, setelah peluit akhir berbunyi, suasana berubah drastis. Kemarahan yang sebelumnya memuncak perlahan mereda, digantikan oleh keheningan total. Para pendukung duduk diam di tribun, menunggu izin keluar, seolah-olah menandakan bahwa mereka telah menyerah pada harapan untuk melihat Milan finis di empat besar musim ini.
Krisis Identitas di Milan
Kekecewaan para pendukung Milan bukanlah hal yang muncul tiba-tiba. Sepanjang musim, mereka telah mengamuk kepada para direktur klub, termasuk Geoffrey Moncada dan Zlatan Ibrahimovic, yang dianggap gagal membawa stabilitas dan visi jangka panjang.
Kekalahan dari Bologna semakin memperburuk situasi, dengan Milan kini terpuruk di posisi kedelapan Serie A. Hasil ini membuat harapan untuk kembali ke Liga Champions semakin tipis, dan rasa frustrasi para penggemar semakin memuncak.
Tanda-Tanda Kepasrahan
Keheningan para pendukung setelah pertandingan adalah simbol dari sesuatu yang lebih dalam: kepasrahan. Mereka tidak lagi marah, melainkan lelah dengan situasi yang terus memburuk.
La Gazzetta dello Sport mencatat bahwa suasana di sektor pendukung Milan setelah pertandingan adalah salah satu momen paling sunyi yang pernah terlihat. Para penggemar tampaknya telah menyerah pada mimpi empat besar, dan fokus mereka kini hanya pada kebanggaan mengenakan warna merah-hitam.

Apa Langkah Berikutnya untuk Milan?
Il Diavolo Rosso kini berada di persimpangan jalan. Dengan tekanan dari para pendukung, manajemen klub harus segera mengambil langkah konkret untuk mengembalikan kepercayaan. Pelatih Sergio Conceicao, yang juga menjadi sasaran kritik, harus menemukan cara untuk membangkitkan timnya dan memberikan hasil positif di sisa musim.
Namun, lebih dari sekadar hasil di lapangan, Milan harus merebut kembali hati para pendukungnya. Klub ini dibangun di atas sejarah dan tradisi yang kuat, dan para penggemar ingin melihat komitmen yang sama dari manajemen, pemain, dan pelatih.
Tetaplah mengikuti perkembangan terbaru AC Milan hanya di beritamilan.com. Dapatkan berita eksklusif, analisis mendalam, dan wawancara menarik seputar perjalanan Milan musim ini! Jangan lewatkan cerita-cerita menarik lainnya!