Massimiliano Allegri, pelatih AC Milan saat ini, akan kembali bekerja sama dengan Zlatan Ibrahimovic, meskipun kini sang legenda Swedia mengemban peran berbeda di klub. Hubungan keduanya di masa lalu tak selalu mulus, diwarnai kesuksesan awal namun juga friksi yang membara hingga nyaris adu jotos.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa di balik gemerlap prestasi, dinamika ruang ganti bisa sepanas bara api. Kini, dengan peran baru Ibrahimovic, menarik untuk dinantikan bagaimana interaksi keduanya akan membentuk masa depan Milan.
Scudetto dan Harmoni Awal
Kolaborasi pertama Allegri dan Ibrahimovic pada musim 2010-11 langsung membuahkan hasil gemilang bagi Milan. Di bawah arahan Allegri dan dengan ketajaman Ibrahimovic sebagai ujung tombak, Il Diavolo Rosso sukses merengkuh Scudetto serta Supercoppa Italiana beberapa bulan kemudian.
Masa itu dikenang sebagai periode keemasan singkat, di mana sinergi pelatih dan pemain bintang tampak begitu padu. Namun, seperti pepatah, tak ada pesta yang tak usai.
Insiden Arsenal: Pemicu Konflik
Memasuki musim 2011-12, harapan tinggi untuk melanjutkan dominasi justru berbuah kekecewaan dengan Milan finis sebagai runner-up di liga. Saat itulah keretakan dalam hubungan Allegri-Ibrahimovic mulai terkuak, seperti yang diungkapkan Ibra dan beberapa rekannya.
Ibrahimovic pada tahun 2021 mengenang sebuah insiden spesifik, “Dengan Milan, kami kalah 3-0 dari Arsenal di Liga Champions dan dia sangat senang. Memang benar kami lolos, tetapi tidak ada yang perlu ditertawakan, dan saya sampaikan itu kepadanya. Dia menyuruh saya untuk memikirkan diri saya sendiri, bahwa saya bermain buruk. Saya menjawab bahwa dia bermain buruk karena dia memasukkan dua penjaga gawang ke bangku cadangan.”
Saksi Mata Bicara: Nyaris Adu Fisik
Keterangan mengenai panasnya hubungan tersebut juga datang dari figur penting di Milan kala itu, seperti Gianluca Zambrotta dan Adriano Galliani. Mereka mengonfirmasi bahwa ketegangan antara Allegri dan Ibrahimovic pernah mencapai titik didih hingga hampir terjadi kontak fisik.
Adriano Galliani, mantan CEO Milan, menyatakan, “Itu adalah pertandingan yang buruk, semua orang senang setelah pertandingan, tetapi ketika kami memasuki ruang ganti, Ibra berteriak seperti orang gila. Dia hampir memukul Allegri karena dia memasukkan dua penjaga gawang ke bangku cadangan. Ibra tidak pernah senang. Dia tidak pernah puas.”
Gianluca Zambrotta, mantan bek sayap Milan, menambahkan, “Saya tidak punya masalah dengan Allegri pada tahun pertama, tetapi pada tahun kedua, kami kehilangan Scudetto karena kesalahan manajemen ruang ganti. Suatu kali, setelah kalah 3-0 dari Arsenal, Allegri berkata: ‘Bagus sekali, kawan, tidak masalah.’ Itu bukan tindakan yang bagus. Ibra sangat marah dan mereka hampir berkelahi di ruang ganti.”
Perspektif Penulis:
Kisah perseteruan antara Massimiliano Allegri dan Zlatan Ibrahimovic di masa lalu adalah bumbu klasik dalam dunia sepak bola yang penuh gairah dan ego. Insiden “dua kiper di bangku cadangan” dan reaksi Allegri yang dianggap “santai” pasca kekalahan dari Arsenal jelas menyulut api dalam diri seorang Ibrahimovic yang dikenal bermental juara dan selalu menuntut standar tertinggi. Reaksi Ibra, meskipun eksplosif, menunjukkan betapa besar hasratnya untuk menang dan ketidakpuasannya terhadap apa yang ia anggap sebagai kelalaian atau sikap yang tidak tepat dari seorang pelatih.
Kini, keduanya akan bertemu lagi di Milan dengan peran yang sudah jauh berbeda, terutama bagi Ibrahimovic. Momen ini akan menjadi ujian menarik bagi kedewasaan dan profesionalisme keduanya. Apakah bara lama akan kembali menyala, ataukah pengalaman dan perubahan peran justru akan melahirkan sinergi baru yang lebih matang demi kejayaan Milan? Yang pasti, dinamika ini akan menjadi salah satu sorotan utama.
Bagaimana menurut Anda kelanjutan kisah Allegri dan Ibrahimovic di Milan? Untuk berita terkini, ulasan mendalam, dan cerita eksklusif lainnya seputar AC Milan, pastikan Anda tidak pernah ketinggalan untuk berkunjung ke beritamilan.com.