Final Coppa Italia seringkali ditentukan oleh dominasi di lini tengah, area krusial di mana sebuah pertandingan bisa dimenangkan atau justru berakhir dengan kekalahan.
Perasaan ini kembali mengemuka jelang pertemuan puncak, dan La Gazzetta dello Sport menyoroti empat sosok sentral di sektor gelandang yang berpotensi menjadi pembeda dan penyulut percikan dalam laga yang diprediksi bakal berjalan hati-hati mengingat tingginya pertaruhan bagi kedua tim.
Di satu sisi, ada duet dinamis AC Milan, Youssouf Fofana dan Tijjani Reijnders. Di seberang lapangan, Bologna mengandalkan kreativitas Lewis Ferguson dan penemuan tak terduga, Jens Odgaard.
Keempat pemain ini, dengan latar belakang dan keahlian teknis yang beragam dari berbagai penjuru Eropa, akan beradu strategi dan kemampuan di panggung megah Stadio Olimpico.
Kombinasi Sempurna Rossoneri: Reijnders & Fofana
Pasangan Tijjani Reijnders dan Youssouf Fofana telah menjelma menjadi tulang punggung lini tengah Milan, berkat integrasi peran yang nyaris sempurna. Pelatih Sergio Conceiçao pun tak ragu untuk kembali mempercayakan keduanya.
Reijnders, sang maestro asal Belanda, bertugas sebagai distributor bola ulung sekaligus piawai memanfaatkan ruang kosong yang terbuka. Sementara itu, Fofana, dengan kekuatan fisiknya, berperan sebagai perusak serangan lawan, perebut bola, dan pelindung bagi rekan setimnya yang lebih ofensif.
Keistimewaan Reijnders tak hanya terletak pada visi bermainnya. “Tijji” telah menjelma menjadi pencetak gol terbanyak kedua di tim dengan torehan 15 gol, hanya kalah dari Christian Pulisic (17 gol) dan bahkan melampaui semua penyerang murni dalam skuad.
Kontribusi lima belas golnya terbagi antara liga (10), Liga Champions (tiga), dan Coppa Italia (dua). Menariknya, ia belum sekalipun menjebol gawang Bologna dalam 360 menit pertemuan di Serie A (empat kali starter). Final ini menjadi kesempatan emas baginya untuk memecah kebuntuan tersebut dalam laga yang bisa mengantar timnya ke kompetisi Eropa.
Minat dari Manchester City terhadap pemain Belanda ini bukanlah rahasia dan bisa menjadi lebih konkret dalam beberapa bulan mendatang. Namun, Reijnders telah memperbarui kontraknya dengan Rossoneri hingga 2030, dan lebih dari sekadar ikatan tertulis, ada perasaan mendalam yang mengikatnya dengan Milan; ia dan keluarganya merasa bahagia di kota mode tersebut.
Milan telah berhasil memolesnya menjadi gelandang kelas atas, salah satunya berkat kerja sama apiknya dengan Fofana. Mantan pemain AS Monaco ini disiplin menjaga area pertahanan ketika Reijnders melakukan penetrasi ke depan.
Setelah sempat menderita cedera kaki kiri yang memaksanya absen saat melawan Genoa, Fofana telah berjuang keras untuk kembali dan kini siap memberikan yang terbaik.
Keduanya begitu solid hingga sulit dipisahkan. Reijnders berada di urutan kedua dalam daftar pemain Rossoneri dengan menit bermain terbanyak musim ini (4.321 menit, hanya di belakang Mike Maignan), sementara Fofana di urutan keempat dengan 3.767 menit.
Penemuan Italiano di Kubu Bologna: Ferguson & Odgaard
Di sisi Bologna, pelatih Vincenzo Italiano membangun kekuatan lini tengahnya dengan fondasi harmoni, kepribadian kuat, dan kemampuan manajemen permainan yang cerdas. Keberhasilan Italiano musim ini diraih bahkan tanpa kehadiran pilar seperti Joshua Zirkzee dan Riccardo Calafiori untuk waktu yang lama, dan juga seringkali tanpa Lewis Ferguson.
Ferguson kembali pada bulan November setelah menjalani operasi lutut. Kembalinya pemain Skotlandia ini diwarnai pasang surut performa yang wajar pasca absen panjang. Italiano memainkannya sebagai pendamping Remo Freuler, dan keduanya membangun koneksi yang fleksibel, saling memahami kapan harus bertahan dan kapan harus membantu serangan.
Akibat proses rehabilitasi pasca robeknya ligamen pada April tahun lalu, Ferguson baru bermain dalam 14 pertandingan Serie A musim ini. Namun, dalam kesempatan tersebut, ia berhasil menunjukkan kecerdasan taktikal, kemampuan mencari ruang, dan visi bermain yang jelas.
Sama halnya dengan Jens Odgaard, yang disebut sebagai ‘penemuan’ lain dari Italiano. Dalam sebuah laga krusial saat Genoa bermain imbang 2-2 dengan Bologna, sang pelatih secara mengejutkan menarik keluar pemain Denmark itu dari posisi aslinya sebagai penyerang tengah atau pemain sayap, dan mulai membentuknya sebagai gelandang serang.
Perubahan ini membawa dampak signifikan bagi Bologna. Enam gol yang dicetak Odgaard, ditambah semangat pengorbanannya yang tinggi, memberikan kontribusi luar biasa. Dalam ‘segitiga impian’ lini tengahnya, Italiano kini memiliki pemain Skotlandia (Ferguson), Swiss (Freuler), dan Denmark (Odgaard). Bersama mereka, mencapai hasil terbaik terasa lebih mudah.
Pertarungan antara dua pasang gelandang kreatif dan pekerja keras ini dipastikan akan menjadi salah satu kunci utama yang menentukan siapa yang akan mengangkat trofi Coppa Italia.