Berita AC Milan – AC Milan dulunya memiliki pemain tengah hebat bernama Gennaro Gattuso. Dia adalah pria yang sering kali mengisi posisi sebagai pemain tengah bertahan. Gattuso adalah salah satu dari sekian pemain yang berkontribusi dalam kejayaan AC Milan di era 2000-an.
Gattuso sebenarnya tidak memiliki kemampuan teknis yang andal. Akan tetapi, dia sangat spesial karena kuat, energik, konsisten, agresif, dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Selain itu, Gattuso juga dikenal karena memiliki emosi yang meledak-ledak. Dia tak akan segan untuk menghajar setiap lawan yang coba melewati daerahnya. Temperamennya yang tinggi dan stamina yang luar biasa telah membuatnya dijuluki sebagai Si Badak.
Dalam keterangannya kepada media Fourfourtwo, Gattuso sempat menjelaskan alasannya yang suka bermain ngotot dan cenderung brutal seperti itu.
“Ketika Derby Old Firm (Rangers vs Celtic), Saya ingat Walter Smith pelatih Rangers saat itu mulai berbicara kepada saya, satu Minggu sebelum derby berlangsung. Setiap hari dia berkata: ‘Tolong, Rino, jangan menjadi binatang buas, jangan membuat dirimu diusir terlalu dini.’
“Kemudian permainan dimulai dan saya mendapat kartu kuning ketika pertandingan baru berjalan 20 detik! Di babak pertama saya kembali ke ruang ganti, menendang loker dengan marah namun sialnya, bagian pelipis mata saya tergores besi dan berdarah. Darahnya nyaris memasuki ke bagian bola mata saya. Saya ingin diganti karena saya hampir tidak bisa melihat apa-apa, tetapi Smith mengatakan kepada saya untuk dijahit dan kembali ke lapangan. Itulah yang dirasakan orang-orang di Rangers tentang permainan itu.”
“Sebagai pemain, saya punya cara sendiri dalam melakukan sesuatu. Saya tidak selalu mengikuti saran orang lain, saya memainkan permainan dengan cara saya. Saya tidak pernah ingin kalah dalam hal apa pun, bahkan dalam permainan kartu dengan teman-teman saya. Ini adalah bagian besar dari karakter saya dan saya selalu terdorong untuk berhasil dalam segala hal yang saya lakukan. Itu adalah bagian dari DNA saya, tidak diragukan lagi.” jelasnya.
Perjalanan Karier Gennaro Gattuso
Meskipun namanya besar di AC Milan, Gennaro Gattuso juga pernah bermain di klub lain seperti Perugia, Rangers, hingga Salernitana. Bahkan dia juga sering kali berkontribusi dalam timnas Italia dan mengantarkannya menjadi juara Piala Dunia. Berikut ini adalah kisah lengkap tentang perjalanan kariernya.
1. Awal Karier
Gattuso memulai karier sepak bolanya ketika berumur 19 tahun. Dia mengawalinya dengan klub Perugia. Akan tetapi, pada tahun 1997 dia ditransfer ke klub Rangers Skotlandia.
Saat di klub Rangers, pelatih yang sudah membawanya, Walter Smith justru meninggalkan klub di tahun 1998. Dia digantikan oleh Dick Advocaat sebagai pelatih. Namun, pelatih tersebut tidak menyukai Gattuso dan memindahkannya ke posisi bek kanan yang bukan posisi keahliannya.
Adapun Gattuso selanjutnya dijual ke klub yang baru saja promosi ke Serie A, yaitu Salernitana. Meskipun penampilan Gattuso cukup bagus, nyatanya itu belum cukup untuk mempertahankan klub tersebut dari degradasi.
2. Bergabung Dengan AC Milan
Pada musim panas di tahun 1999, Gennaro Gattuso pindah ke AC Milan. Klub raksasa Italia itu membelinya dari Salernitana dengan biaya 8 juta Euro. Gattuso memulai debutnya bersama Milan ketika berhadapan dengan Chelsea di Liga Champions yang berakhir dengan hasil seri, 0-0.
Karena memiliki performa yang bagus, hanya butuh waktu sebentar untuk Gattuso masuk ke line-up utama. Saat itu, dia pun sudah menjalani pertandingan penting derbi Milan pada tanggal 24 Oktober 1999.
Melihat kelebihan dan kekuatan yang dimiliki Gattuso, manajer AC Milan Carlo Ancelotti akhirnya menempatkan Andrea Pirlo untuk berada di dekatnya dalam posisi menyerang. Sementara itu, Gattuso berada sedikit di belakang sebagai gelandang bertahan.
Formasi gelandang tersebut cukup berhasil diterapkan. Ini terbukti dari keberhasilan AC Milan merebut beberapa gelar penting seperti Coppa Italia, Liga Champions UEFA dan Piala Super UEFA pada tahun 2003, serta gelar Serie A dan Supercoppa Italiana pada tahun 2004.
Di tahun 2005, Gennaro Gattuso berhasil mengantarkan AC Milan menuju partai final Liga Champions. Sayangnya, Milan harus menyerah dari Liverpool karena kalah dalam adu penalti. Padahal sebelumnya, Milan sudah memimpin 3-0 di paruh pertama.
Gattuso sukses meraih gelar Liga Champions untuk kedua kalinya bersama AC Milan di tahun 2007. Ini didapatkan setelah AC Milan berhasil menekuk Liverpool dengan hasil 2-1. Tidak hanya itu, AC Milan juga sukses meraih gelar juara di kompetisi Piala Dunia Klub FIFA setelah mengalahkan Boca Junior dengan skor 4-2.
Musim 2010-2011 mungkin adalah yang terbaik bagi Gattuso. Dia berhasil mengakhiri puasa gol yang dialaminya selama tiga tahun. Gattuso saat itu melesakkan tendangan jarak jauh yang menjadi gol penentu kemenangan Milan atas Juventus. Tidak hanya itu, dia juga kembali mencetak gol dalam kemenangan AC Milan melawan Cagliari dengan skor 4-1.
Pada tanggal 11 Mei 2012, Gattuso mengumumkan bahwa dia tidak akan memperpanjang kontraknya bersama AC Milan lagi. Dia lalu mengumumkan bahwa akan meninggalkan AC Milan di penghujung musim.
3. Bergabung Dengan Sion
Setelah keluar dari AC Milan, Gennaro Gattuso bergabung dengan klub asal Swiss, Sion. Tetapi, kurang dari satu tahun berselang, Gattuso diangkat menjadi manajer klub yang baru. Hal ini dikarenakan, manajernya yang lama, Victor Munoz telah pindah setelah Sion dikalahkan 4-0 dari Thun.
4. Karier Bersama Timnas Italia
Gattuso telah bermain bersama timnas Italia sebanyak 73 kali, yaitu dalam Olimpiade Musim Panas 2000, Piala Dunia 2002, Euro 2004, Piala Dunia 2006, Euro 2008, Piala Konfederasi 2009, dan Piala Dunia 2010.
Debutnya diawali ketika dia berumur 22 tahun. Saat itu, Italia menjalani pertandingan persahabatan dengan Swiss pada 23 Februari 2000. Italia berhasil memenangkan pertandingan dengan skor tipis 1-0.
Di tanggal 15 November, Italia berhadapan dengan Inggris dalam pertandingan persahabatan. Gattuso berhasil mencetak gol melalui tendangan keras dari luar penalti yang menjadi penentu kemenangan Italia. Gol itu adalah satu-satunya dan yang pertama bagi Gattuso untuk timnas Italia.
Gennaro Gattuso merupakan sosok penting bagi keberhasilan Italia dalam memenangkan Piala Dunia 2006. Dia menjadi Man of The Match ketika Italia menang melawan Ukraina di partai semifinal dengan skor 3-0. Berkat performanya yang gemilang, dia masuk dalam All Star Team Turnament.
Pada tahun 2008, Gattuso kembali bermain untuk EURO. Dia bertanding saat Italia kalah 3-0 dari Jerman dan menang 2-0 dari Prancis. Namun, dia tidak bermain ketika melawan Spanyol di perempat final. Saat itu, Italia kalah dari Spanyol lewat adu penalti dengan skor 2-4.
Selama kariernya bersama timnas, Gattuso sempat menjadi kapten pada 19 November 2008. Dia menggantikan Fabio Cannavaro di menit ke-61 saat bertanding dalam laga persahabatan dengan Yunani.
Tepatnya di bulan Juni 2010, Gattuso mengumumkan bahwa dia akan pensiun untuk bermain di dalam timnas Italia setelah Piala Dunia 2010. Pertandingan terakhirnya adalah ketika Italia berhadapan dengan Slovakia dengan hasil berupa kekalahan 3-2.
Prestasi Gennaro Gattuso
Selama berkarier, Gennaro Gattuso telah mendapatkan beberapa prestasi yang masing-masing ditorehkan untuk klub hingga timnas Italia. Adapun prestasi yang telah diraihnya adalah sebagai berikut.
1. Perugia
- Meraih gelar Trofi Giacinto Facchetti (1995/1996)
2. AC Milan
- Menjuarai Serie A (2003/2004, 2010/2011)
- Menjuarai Coppa Italia (2002/2003)
- Menjuarai Suppercoppa Italia (2004, 2011)
- Menjuarai UEFA Liga Champions (2002/2003, 2006/2007)
- Menjuarai UEFA Super Cup (2003, 2007)
- Menjuarai FIFA Club World Cup (2007)
3. Timnas Italia
- Menjuarai Piala Dunia (2006)
4. Rekor Individu
- Masuk dalam All Star Team Piala Dunia (2006)
- Menjadi Nominasi dalam FIFPro World XI (2005, 2006, 2007, 2008)
- Masuk dalam Hall of Fame klub AC Milan
Kehidupan Keluarga Gennaro Gattuso
Gennaro Gattuso telah menikah dengan wanita yang bernama Monica Romano. Wanita tersebut adalah orang Skotlandia yang memiliki darah keturunan Italia. Gattuso sudah lama bertemu dengannya, tepatnya saat dia masih bermain untuk klub Rangers. Mereka berdua bertemu saat pertandingan ekshibisi di Toronto, Canada.
Dari hubungannya dengan Monica Romano, Gattuso telah memiliki dua orang anak. Mereka adalah Gabriella sebagai anak perempuan dan Francesco sebagai anak laki-laki.
Kisah Persahabatan Gattuso dan Andrea Pirlo
Jika Gattuso dikenal sebagai sosok badak yang begitu beringas di atas lapangan, maka Andrea Pirlo adalah kebalikannya. Pemain yang identik dengan nomor punggung 21 itu dikenal karena permainannya yang begitu elegan dan perangainya yang kalem.
Namun perbedaan karakter itu tak lantas menjadikan dua sosok legenda AC Milan ini duduk berjauhan. Sebaliknya, Gattuso dan Pirlo adalah dua sahabat dekat baik di dalam dan luar lapangan.
Dalam suatu momen, Gattuso mengisahkan jika Andrea Pirlo sempat mengerjainya habis-habisan. Tak tanggung-tanggung, Pirlo berani menawarkan adik perempuan Rinho kepada petinggi AC Milan, Adriano Galliani dan Ariedo Braida.
“Pada suatu saat ketika saya sedang makan di Milanello, saya meninggalkan HP saya di meja. Saat itulah Pirlo mengirim pesan teks pada Galliani dan Braida, menawarkan saudara perempuan saya,” tutur Gattuso ke CheTempoCheFa.
Cerita itu juga dibenarkan oleh Andrea Pirlo dalam bukunya bertajuk Think Therefore I Play. Mantan pemain New York City FC itu mengaku sempat dipukuli oleh Gattuso karena ulah isengnya tersebut.
“Saya melakukan negosiasi (dengan Galliani dan Braida) mewakili Gattuso dengan mengirim satu pesan singkat: Dear Ariedo Braida, jika Anda memberikan apa yang saya mau, Anda dapat memiliki adik perempuan saya.”
“Gattuso mengetahui hal itu dan dia memukuli saya, kemudian menelepon Braida. ‘Itu cuma gurauan bodoh Pirlo’ kata Gattuso ke Braida.”
Kedekatan Gennaro Gattuso dan Andrea Pirlo tidak hanya mengantarkan AC Milan meraih kesuksesan besar di Eropa, namun juga berhasil mengantarkan Italia menjadi juara Piala Dunia 2006.
Gennaro Gattuso Mengidap Penyakit Miastenia Okular
Miastenia okular merupakan sebuah penyakit yang salah satu gejalanya adalah menyebabkan otot-otot yang mengontrol mata dan kelopak mata melemah.
Gattuso sendiri mengakui bahwa penyakit itu sudah dia idap sejak 10 tahun yang lalu, dimana ini adalah yang ketiga kalinya penyakit tersebut kambuh. Meski demikian, Gattuso tidak putus asa, meskipun ia mengakui sudah ada beberapa orang yang menyebut hidupnya hanya tinggal tersisa 1 bulan lagi.
“Saya akui, saya juga tidak menjadi diri saya sendiri selama 12 hari terakhir. Saya ingin semua orang memperhatikan, terutama anak-anak, yang bercermin dan melihat sesuatu yang terlihat aneh atau kurang tepat: hidup itu indah. Rangkullah semuanya.” tutur Gattuso dilansir dari Football Italia.
“Para pemain juga menderita melihat saya seperti ini, saya tahu itu, tapi saya masih hidup. Saya menderita miastenia selama 10 tahun, ini ketiga kalinya kambuhnya separah ini, tetapi ini akan berlalu dan mata saya akan kembali normal.”
“Tidak hanya terlihat buruk, kondisi ini membuat Anda merasa sangat lelah, ditambah melihat dua kali lipat 24 jam sehari benar-benar membuat Anda lelah. Hanya orang gila sepertiku yang akan terus maju.”
“Bagaimanapun, ini adalah hidup saya dan ada hal-hal yang lebih buruk. Saya tahu beberapa orang di luar sana sudah menganggap saya hanya punya waktu satu bulan lagi untuk hidup, tetapi saya dapat meyakinkan Anda, saya tidak apa-apa. Ketika saya akhirnya mati, saya ingin pergi ke tempat saya pernah hidup, di lapangan sepak bola.”
“Pada usia 34 tahun dalam pertandingan Milan vs Lazio, saya bermain setengah jam dengan satu mata saja. Saya bertabrakan dengan seorang pemain, dan itu adalah Nesta.”
“Saat itu, otot mata saya tidak dapat bekerja dengan baik, dan Anda melihat objek dalam empat atau lima posisi yang berbeda. Dokter sendiri masih tidak mengerti bagaimana saya bisa bermain sebanyak 33 kali waktu itu dengan kondisi seperti ini.” tutup sang legenda.
Gennaro Gattuso saat ini lebih sering menghabiskan waktunya bersama keluarga kecilnya. Dia sempat diisukan akan melatih Tottenham, namun sepertinya Rinho ingin beristirahat dulu dari sepak bola untuk menyembuhkan sakitnya.
Gattuso adalah sosok yang dibenci dan juga dipuja. Bagi tim lawan, dia hanyalah sosok pemain yang hanya bisa menjatuhkan lawan. Namun bagi pendukung AC Milan, dia seperti seorang pahlawan yang begitu totalitas dan siap berdarah-darah untuk membela klub yang dicintainya.