Bulan Juni mendatang disebut-sebut akan menjadi periode krusial terkait investigasi kriminal yang menyasar kelompok ultras I Rossoneri dan rival sekota mereka, Inter. Laporan mengindikasikan babak penentuan kasus ini sudah di depan mata, setelah berbulan-bulan minim kabar pasca penggerebekan awal September lalu.
Kasus ini pertama kali mencuat ke publik pada 30 September, ketika aparat melakukan penggerebekan dan menangkap beberapa pemimpin kelompok ultras untuk diinterogasi. Sejak saat itu, baik Milan maupun Inter turut dilibatkan untuk mengklarifikasi potensi hubungan antara pihak klub dengan para petinggi ultras tersebut.
Tuduhan Serius: Dari Pemerasan Hingga Cengkeraman Mafia

Menurut laporan La Gazzetta dello Sport, fokus utama kantor kejaksaan adalah membongkar dugaan bisnis ilegal yang dijalankan oleh para ultras. Tuduhan yang dialamatkan mencakup praktik pemerasan terkait parkir, penjualan kembali tiket secara ilegal, aksi kekerasan, hingga dugaan infiltrasi oleh kelompok mafia ‘ndrangheta.
Penyelidikan ini dilaporkan mengalami percepatan signifikan menyusul insiden pembunuhan Antonio Bellocco pada 4 September 2024. Penangkapan Andrea Beretta, seorang pemimpin ultras Inter, dan keputusannya untuk bekerja sama dengan penyidik menjadi titik balik penting dalam pengungkapan kasus ini.
Sorotan pada Klub dan Interaksi Mencurigakan
Para penyelidik mengindikasikan bahwa aktivitas di sekitar stadion San Siro seolah berjalan ‘di luar kendali hukum apa pun’. Kondisi ini sebagian disebabkan oleh adanya ‘beberapa kekurangan organisasi’ dalam cara klub mengelola hubungan dengan para penggemar mereka.
Interaksi spesifik antara pemimpin ultras dan figur klub kini berada di bawah pengawasan ketat, seperti pertemuan antara Luca Lucci dengan kapten Il Diavolo Rosso saat itu, Davide Calabria. Kontak telepon antara pemimpin ultras Inter, Ferdico, dengan pelatih Simone Inzaghi juga menjadi bagian dari materi pemeriksaan oleh pihak berwenang.
Menanti Palu Hakim: Jadwal Sidang dan Vonis
Sebagai langkah perlindungan, Kantor Kejaksaan Umum Milan telah mengaktifkan ‘prosedur pencegahan’ bagi kedua klub. Sementara itu, penyelidikan di ranah olahraga yang dibuka pada 11 November 2024 telah berakhir dengan adanya kesepakatan pembelaan (plea bargain).
Namun, persidangan pidana utama masih terus bergulir, dengan Milan, Inter, dan Lega Serie A diterima sebagai pihak perdata. Sidang dijadwalkan kembali pada 5 Juni untuk mendengarkan pernyataan penutup dari jaksa penuntut, sementara vonis terhadap ke-19 terdakwa—yang dituduh melakukan pemerasan, hubungan kriminal dengan mafia, dan kekerasan—diharapkan jatuh pada 17 Juni setelah mereka meminta persidangan dipercepat.
Kasus ini adalah pengingat kelam bahwa di balik gegap gempita dukungan suporter, ada potensi sisi gelap yang bisa merugikan citra klub dan bahkan membahayakan.
Tuduhan serius seperti infiltrasi mafia dan pemerasan sistematis di jantung sepak bola Milan adalah alarm yang harus ditanggapi dengan sangat serius, menuntut transparansi dan tindakan tegas demi menjaga integritas olahraga.
Sementara tim di bawah arahan Sergio Conceicao fokus pada performa di lapangan, manajemen I Rossoneri jelas memiliki pekerjaan rumah besar untuk memastikan lingkungan stadion bersih dari pengaruh kriminal, tanpa mengorbankan hubungan esensial dengan basis penggemar sejati mereka.
Bagaimana akhir dari kisah hukum yang kompleks ini? Akankah keadilan ditegakkan dan bayang-bayang kriminalitas disingkirkan dari San Siro?
Jangan lewatkan perkembangan terbaru dan analisis mendalam seputar AC Milan di beritamilan.com.