Dominic Adiyiah adalah salah satu contoh nyata bagaimana karier seorang pemain berbakat yang digadang-gadang menjadi bintang besar dapat meredup akibat berbagai faktor.
Dari menjadi pahlawan Ghana di Piala Dunia U-20 2009 hingga berakhir tanpa klub, perjalanan Adiyiah menjadi pengingat bahwa potensi besar tidak selalu menjamin kesuksesan di level profesional.
Awal Karier yang Menjanjikan
Adiyiah memulai kariernya di Feyenoord Ghana sebelum pindah ke Heart of Lions, tempat ia menarik perhatian karena performanya di Liga Premier Ghana. Kepindahannya ke klub Norwegia, Fredrikstad, pada 2008 menjadi langkah awal menuju Eropa.
Namun, momen terbaiknya datang pada Piala Dunia U-20 2009, di mana ia memimpin Ghana meraih gelar juara dunia. Dengan mencetak 8 gol dan meraih penghargaan Golden Shoe (pencetak gol terbanyak) serta Golden Ball (pemain terbaik turnamen), Adiyiah langsung menjadi sorotan global.

Transfer ke AC Milan: Awal Kejatuhan
Kesuksesan di Piala Dunia U-20 membuat AC Milan tertarik merekrutnya pada akhir 2009 dengan biaya transfer €500 ribu. Pelatih Milan saat itu, Leonardo Araujo, bahkan menyebutnya sebagai “Aguero atau Messi baru.”
Namun, kenyataan tidak sesuai ekspektasi. Adiyiah gagal menunjukkan kualitasnya di San Siro. Ia bahkan tidak pernah bermain dalam pertandingan resmi untuk Milan. Leonardo kecewa karena Adiyiah dianggap tidak lebih baik dari pemain junior Milan lainnya.
Karier yang Berantakan: Pinjaman dan Perpindahan Klub
Setelah gagal bersinar di Milan, Adiyiah dipinjamkan ke berbagai klub seperti:
- Reggina (Italia)
- Partizan Belgrade (Serbia)
- Karsiyaka (Turki)
- Arsenal Kyiv (Ukraina)
Meski sempat tampil cukup baik di Arsenal Kyiv, Adiyiah tidak pernah benar-benar menemukan konsistensi. Setelah dilepas Milan pada 2012, ia pindah ke klub-klub kecil di Kazakhstan dan akhirnya terdampar di Asia Tenggara.
Perjalanan di Asia Tenggara
Adiyiah mencoba peruntungannya di Liga Thailand bersama Nakhon Ratchasima pada 2015. Meski sempat bermain selama 3,5 musim, performanya tetap tidak maksimal. Ia kemudian berpindah-pindah klub di Thailand, termasuk bermain untuk Sisaket FC dan Chiangmai United.
Namun, setelah meninggalkan Chiangmai United, Adiyiah tidak lagi memiliki klub profesional. Menurut catatan Transfermarkt, ia kini berstatus tanpa klub.

Statistik Karier
- Klub: 33 gol dan 12 assist dalam 212 pertandingan.
- Timnas Ghana: 4 gol dalam 20 penampilan.
Faktor-Faktor Penyebab Kemerosotan Karier
- Tekanan Ekspektasi Tinggi
Label “bocah ajaib” dan perbandingan dengan pemain seperti Messi atau Aguero memberikan tekanan besar pada Adiyiah, yang mungkin sulit ia tangani. - Kurangnya Adaptasi di Level Tinggi
Meski bersinar di level U-20, Adiyiah tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan sepak bola profesional Eropa. - Pilihan Klub yang Tidak Tepat
Setelah gagal di Milan, ia tidak berhasil menemukan klub yang dapat membantunya berkembang secara konsisten. - Keputusan Pindah ke Asia Tenggara
Pindah ke liga yang kurang kompetitif seperti Liga Thailand mungkin memberikan stabilitas finansial, tetapi tidak membantu meningkatkan kualitas permainannya.

Pelajaran dari Kisah Adiyiah
Dominic Adiyiah adalah contoh bagaimana bakat besar di usia muda tidak selalu menjamin kesuksesan di level profesional. Pentingnya pengelolaan karier, adaptasi, dan bimbingan yang tepat menjadi pelajaran utama dari kisah ini.
Meskipun kariernya tidak berjalan seperti yang diharapkan, Adiyiah tetap akan dikenang sebagai salah satu pemain yang membawa Ghana mencapai puncak kejayaan di Piala Dunia U-20. Namun, bagi para pemain muda lainnya, kisahnya adalah pengingat bahwa perjalanan menuju puncak membutuhkan lebih dari sekadar bakat.