Tahun 2024/2025 menjadi babak kontradiktif bagi Il Diavolo Rosso. Di balik kekecewaan liga yang tak stabil, AC Milan justru berpeluang merengkuh double gelar domestik sekaligus mengubur trauma 20 tahun tanpa Coppa Italia.
Sepak bola memang tak selalu rasional, tetapi Rossoneri memetik keuntungan dari paradoks ini. Tanpa perlu mengeluh, mereka terus melangkah dengan kombinasi kerja tim dan keberuntungan tak terduga.
Conceicao dan Kemenangan Epik atas Inter: Modal Menuju Final
Sergio Conceicao, sang arsitek di pinggir lapangan, membuktikan dedikasinya lewat kemenangan 3-0 atas Inter dalam laga penentu. “Apa yang kami tunjukkan hari ini harus menjadi standar,” ujarnya, menyiratkan kritik halus atas inkonsistensi tim di Serie A.
Kemenangan ini bukan sekadar pembalasan atas kekalahan liga, melainkan pernyataan mental. “Inter tim kuat, tapi kami punya karakter,” tambah pelatih asal Portugal itu, merujuk pada tekad pemain yang ia puji sebagai kunci kemenangan.
Tantangan Terakhir: Lawan Bologna atau Lawan Diri Sendiri?
Di sisa musim, Milan tak lagi perlu khawatir pada kekuatan lawan. “Fokus kami ada pada konsistensi, bukan nama klub yang dihadapi,” tegas Conceicao, mengingatkan skuadnya tentang kekalahan tak terduga dari Atalanta.
Pertandingan melawan Bologna akan menjadi ujian keseriusan I Rossoneri. “Setiap aksi di lapangan harus dilakukan dengan kesadaran penuh,” pesan pelatih 50 tahun itu, menegaskan bahwa gelar hanya bisa diraih dengan kedisiplinan kolektif.
Musim ini mengajarkan bahwa Milan tetap tim penuh paradoks: rapuh di liga, tetapi berkilau di ajang cup. Sergio Conceicao, meski digosipkan hengkang, berhasil menyalakan api kebanggaan lewat kemenangan simbolis atas rival sekota. Tantangan ke depan adalah mengubah momentum ini menjadi warisan taktis yang bertahan lama.
Jangan lewatkan analisis mendalam seputar dinamika skuad dan strategi transfer hanya di situs di beritamilan.com – rumah bagi para devil’s believer sejati!