Berita

Analisis Laporan Keuangan Milan: Kenapa Fans Tak Boleh Mimpi ‘Pangeran Gurun’?

×

Analisis Laporan Keuangan Milan: Kenapa Fans Tak Boleh Mimpi ‘Pangeran Gurun’?

Sebarkan artikel ini
Gerry Cardinale AC Milan

AC Milan kembali mencatatkan laba untuk tahun ketiga berturut-turut, seperti yang diungkapkan dalam laporan keuangan 2024-25 kemarin. Hari ini (Rabu, 5/11/2025), pakar hukum dan keuangan Felice Raimondo mengulas angka-angka tersebut secara mendalam.

Laba tahun ini memang didorong oleh beberapa penjualan pemain (keuntungan modal/plusvalenza) yang signifikan, yang sempat menjadi perdebatan panas. Namun, Raimondo membela strategi ini sebagai sebuah keniscayaan bagi klub Italia saat ini.

Akan menarik untuk melihat bagaimana laporan keuangan tahun ini (2025-26) akan terlihat, terutama dengan adanya biaya pembelian San Siro dan absennya pendapatan dari kompetisi Eropa.

Analisis Pakar: Realitas Klub Italia

Raimondo, seorang jurnalis mapan yang fokus pada hukum dan biaya, memberikan pandangannya tentang situasi tersebut di Substack-nya.

“Singkatnya, AC Milan 24/25 telah menunjukkan tren yang umumnya positif, dengan beberapa rekor bersejarah… dalam hal pendapatan (berkat keuntungan modal) dan kekayaan bersih yang relatif positif.”

“Peningkatan sponsor memang mengecewakan (meskipun akan meningkat pada tahun fiskal ini), tetapi secara keseluruhan, sisi komersial terus menghasilkan pendapatan, yang, bersama dengan sponsor, telah membawa Rossoneri ke posisi teratas di liga Italia dalam kategori pendapatan khusus ini.”

Kenapa Milan Harus Bergantung pada ‘Plusvalenza’?

Photo: mancity.com

Raimondo kemudian menjawab kritik para penggemar yang mengeluh bahwa keuntungan modal (penjualan pemain) adalah sumber yang tidak pasti. Ia mengingatkan bahwa klub Italia tidak bisa disamakan dengan klub Inggris.

“Bagi para penggemar yang mengeluh tentang keuntungan yang diperoleh semata-mata melalui keuntungan modal… saya ingatkan Anda bahwa, sayangnya, performa klub-klub Italia berkorelasi dengan hasil olahraga.”

“Oleh karena itu, karena tidak memiliki hak siar televisi berbahasa Inggris, klub-klub harus mencari sumber pendapatan alternatif, seperti pendapatan komersial + sponsor (di mana Milan unggul di Italia) dan biaya manajemen pemain. Kami tidak dapat memperoleh banyak keuntungan dari stadion sampai kami memilikinya.”

Dia menegaskan bahwa mustahil bagi klub Serie A untuk mencapai pendapatan €500 juta tanpa mengandalkan penjualan pemain.

“Akibatnya, saat ini mencapai angka €500 juta atau lebih tanpa pertukaran pemain praktis mustahil… Atau mungkin beberapa orang berpikir bahwa setiap tahun mereka bisa mencapai final Liga Champions dan bermain di Piala Dunia Antarklub secara bersamaan, sehingga membatasi keuntungan modal?”

Fantasi ‘Pangeran Gurun’ vs Realitas

Gerry Cardinale, AC Milan
Gerry Cardinale

Raimondo menutup analisisnya dengan menyindir para penggemar yang mengharapkan pemilik super kaya datang dan menyuntikkan dana tanpa batas, yang justru akan melanggar aturan UEFA.

“Atau mungkin impiannya adalah memiliki pemilik yang, dengan peningkatan modal yang tak terbayar atau sponsor besar-besaran (sehingga membahayakan kepatuhan UEFA), memungkinkan klub untuk berinvestasi besar-besaran dalam skuad terlepas dari hasil pertandingan dan pendapatan lainnya?”

“Setiap orang bebas membayangkan pangeran unta yang datang dari gurun pasir ke Milan… Peningkatan modal sebesar €200 juta… bursa transfer yang gemilang… dan voilà… Tapi kemudian datanglah kenyataan dan rasa sakit karena menabrak tembok.”

Analisis Raimondo sangat jelas: strategi Milan saat ini adalah jalan paling realistis untuk tetap sehat secara finansial dan kompetitif di Serie A. Sampai stadion baru selesai, penjualan pemain akan tetap menjadi komponen vital untuk menopang neraca klub.


Terus ikuti perkembangan dan berita AC Milan terbaru hanya di situs Beritamilan.com.