Di tengah kabar gembira bahwa AC Milan akan segera mendatangkan striker baru, Victor Boniface, muncul sebuah tren yang aneh dan mengkhawatirkan. Salah satu media olahraga terbesar di Italia, La Gazzetta dello Sport, tampaknya menjalankan kampanye media yang sangat negatif terhadap sang pemain.
Meskipun reaksi para penggemar sebagian besar positif, rentetan berita dari media tersebut melukiskan gambaran yang sama sekali berbeda.
Rentetan Berita Negatif
Dalam 48 jam terakhir, seiring dengan semakin dekatnya kesepakatan Boniface, Gazzetta telah menerbitkan serangkaian artikel dengan judul yang sangat pesimistis. Padahal, kekhawatiran yang ada seharusnya bisa disampaikan secara proporsional.

Berikut adalah beberapa judul berita berbeda yang mereka terbitkan:
- “AC Milan, Boniface adalah pilihan yang berisiko: pada tahun 2025, lebih banyak pertandingan yang terlewat daripada gol yang dicetak.”
- “Kondisi, cedera, pertengkaran dengan rekan satu tim… inilah alasan Leverkusen ingin menjual Boniface.”
- “AC Milan, tidak ada Hojlund. Pilihan cadangan Boniface akan datang.”
- “Boniface, penggemar AC Milan protes di media sosial: ‘Dua ligamen krusiatum patah’, ‘Dan karakternya…’”
- “Pemeriksaan medis Boniface telah ditunda untuk Milan. Dia gagal dalam tes di Arab Saudi.”
- “Pemeriksaan medis yang ditunda, waktu bermain yang terbatas, dan… Boniface adalah sosok yang belum dikenal, dan Allegri masih harus menunggu serangan.”
Standar Ganda yang Terlihat Jelas
Perlakuan terhadap Boniface ini sangat kontras dengan target transfer Milan lainnya seperti Dusan Vlahovic atau Rasmus Hojlund, yang juga memiliki masalahnya masing-masing namun tidak pernah menerima serangan sejenis. Lebih aneh lagi jika dibandingkan dengan pemberitaan target Inter, Andy Diouf.
Judul berita Gazzetta untuk Diouf berbunyi positif: “Kekuatan, fleksibilitas, kepala tegak, dan gol melawan Fiorentina… Inter, siapakah Andy Diouf dan bagaimana ia bermain?”.
Sebuah Kampanye Terorkestrasi?
Rentetan berita negatif yang intens ini menimbulkan pertanyaan: apakah ini sekadar kritik, atau sebuah kampanye media yang terorkestrasi? Sulit untuk tidak curiga, terutama ketika melihat standar ganda yang diterapkan.
Meskipun pada akhirnya Boniface bisa saja gagal, kampanye semacam ini perlu disorot karena banyak pembaca yang menganggapnya sebagai sebuah kebenaran mutlak.
Sebagai penutup, fenomena ini bukanlah hal baru dalam Calcio. Media di Italia seringkali memiliki kekuatan untuk membentuk narasi di sekitar seorang pemain bahkan sebelum ia menendang bola, sebuah “pertandingan” di luar lapangan yang kini harus dimenangkan oleh Boniface dan Milan.
Mau mentraktir admin secangkir kopi? Silakan klik link berikut ini: https://trakteer.id/beritamilan. Forza Milan!