Analisis Kepergian Reijnders: Dari Permata Tak Dikenal Hingga Tumpuan Baru Lini Tengah Man City

Photo: www.acmilan.com

Gelandang Tijjani Reijnders kini siap untuk memulai sebuah babak baru yang luar biasa dalam kebangkitan kariernya yang fenomenal, kali ini di bawah lampu gemerlap kompetisi Liga Primer Inggris bersama Manchester City. Setelah dua musim yang transformatif di Italia, pemain internasional Belanda tersebut akan segera menukar seragam merah-hitam kebanggaan AC Milan dengan seragam biru langit Manchester City dalam sebuah kesepakatan transfer yang kabarnya bernilai total hingga €70 juta termasuk berbagai bonus, yang berarti ia berpotensi menjadi pemain dengan rekor penjualan termahal dalam sejarah klub.

Reijnders pertama kali tiba di Milan pada musim panas tahun 2023 dengan biaya transfer sebesar €20,5 juta dari klub Belanda, AZ Alkmaar, sebagai seorang pemain yang saat itu hampir tidak dikenal di panggung sepak bola dunia. Namun, di tengah perombakan besar-besaran di lini tengah I Rossoneri pasca kepergian Sandro Tonali, ia secara cepat dan meyakinkan langsung menjelma menjadi salah satu pemain kunci yang tak tergantikan.

Dalam lingkungan tim yang tidak stabil pada musim 2024-2025, yang diganggu oleh ketidakstabilan di kursi kepelatihan, keresahan beberapa pemain, dan ketidakpuasan dari para penggemar, Tijjani Reijnders justru berdiri tegak sebagai pemain Milan yang paling konsisten dan paling produktif sepanjang musim yang sulit tersebut.

Kebangkitan Fenomenal Reijnders di Tengah Musim Sulit Milan

Bacaan Lainnya
Photo: acmilan.com

Selama musim kompetisi 2024–2025, Reijnders berhasil menyumbangkan total 20 gol (melalui gol dan assist) dalam 54 pertandingan yang ia mainkan, termasuk torehan impresif 10 gol dan lima assist di kompetisi Serie A saja. Tingkat kinerjanya – dengan rata-rata kontribusi 0,43 gol per 90 menit selama 3.132 menit bermain – merupakan sebuah catatan yang sangat luar biasa, terutama jika mengingat posisinya yang seringkali bermain lebih dalam di lini tengah.

Namun, apa yang benar-benar membedakan Reijnders dari pemain lain adalah kemampuannya yang langka untuk bisa mengendalikan kekacauan di sekitarnya. Ia mampu menghadirkan ritme, ketenangan, dan ketajaman dalam permainan bahkan ketika sistem permainan tim di sekelilingnya sedang goyah dan tidak berjalan dengan baik.

Secara statistik, ia berada di persentil ke-97 untuk kategori gol non-penalti dan persentil ke-96 untuk kemampuan membawa bola secara progresif di antara para gelandang tengah lainnya di Eropa, yang menempatkannya dalam kelompok elit dalam ukuran apa pun. Ciri-ciri inilah yang kemungkinan besar telah menarik perhatian dari Manchester City, terutama saat klub tersebut tengah mempersiapkan diri untuk memulai kehidupan setelah era kepemimpinan sang maestro, Kevin De Bruyne, yang telah resmi hengkang.

Mengapa Man City Ngotot? Visi Guardiola dan Era Pasca-De Bruyne

Menggantikan sosok seorang Kevin De Bruyne, dalam banyak hal, tentu saja merupakan sebuah tugas yang hampir mustahil untuk dilakukan. Pemain internasional Belgia tersebut telah mendefinisikan ulang apa artinya menjadi seorang gelandang serang modern dengan visi dan kualitas umpannya yang luar biasa.

Photo: acmilan.com

Namun, dalam diri Tijjani Reijnders, pihak Manchester City telah berhasil mengidentifikasi seorang pemain dengan kematangan taktikal yang mumpuni untuk bisa mengatur tempo permainan dari posisi yang lebih dalam. Di saat yang bersamaan, ia juga mampu berkembang pesat saat bermain di area yang lebih maju sebagai seorang gelandang hibrida dinamis bernomor 8/10.

Kejeliannya dalam mencetak gol dari lini kedua dan kemampuannya untuk melepaskan umpan-umpan terobosan dapat menjadi senjata serbaguna bagi manajer Pep Guardiola untuk mengkalibrasi ulang lini tengah Manchester City untuk generasi berikutnya.

Waktu transfer ini juga sangat tepat bagi City. Meskipun Reijnders baru saja menandatangani perpanjangan kontrak dengan Milan hingga 2030 pada awal tahun ini dan dijadwalkan akan berusia 27 tahun bulan depan, yang membuatnya diharapkan akan menghabiskan tahun-tahun terbaiknya di Italia, niat Manchester City sudah sangat jelas dan mereka tidak mau menunggu. Waktu adalah hal yang terpenting bagi mereka, terutama dengan perhelatan akbar Piala Dunia Antarklub FIFA yang sudah di depan mata.

Sisi Finansial dan Manusiawi: Sebuah Perhitungan bagi I Rossoneri

Meskipun beberapa orang mungkin menolak dan menganggap biaya transfer total sebesar €70 juta ini masih kurang, konteks adalah kunci utamanya. Ini adalah klub (Manchester City) yang dalam beberapa musim terakhir juga telah menghabiskan dana sebesar €60 juta untuk Nico González, €62 juta untuk Matheus Nunes, dan €49 juta untuk Kalvin Phillips. Performa gemilang, usia emas, dan status kontrak jangka panjang Reijnders saat ini justru menunjukkan bahwa AC Milan mungkin telah sedikit meremehkan nilai aset berharga yang telah mereka bina hingga mencapai status kelas dunia.

Reijnders
Photo: acmilan.com

Di luar aspek taktik dan ekonomi, tentu saja ada sisi manusiawi dalam transfer ini. Tijjani Reijnders diketahui sangat bahagia selama tinggal dan bermain di Milan. Namun, hanya sedikit pemain di dunia yang bisa mengabaikan daya tarik luar biasa dari sebuah klub seperti Manchester City. Liga Primer Inggris tetap menjadi puncak impian bagi banyak pemain, dan kesempatan untuk bisa bersaing memperebutkan gelar Liga Champions di bawah bimbingan salah satu manajer terbaik dunia, Pep Guardiola, merupakan sebuah daya tarik yang akan sangat sulit untuk ditolak oleh sebagian besar pemain profesional.

Bagi AC Milan, kepindahan ini secara tak terhindarkan akan memicu sebuah periode perhitungan dan evaluasi ulang. Dengan penunjukan Direktur Olahraga baru, Igli Tare, tugas untuk bisa berinvestasi dengan bijak menggunakan dana hasil penjualan Reijnders ini dan mengkalibrasi ulang ambisi klub kini sepenuhnya berada di pundaknya dan juga pelatih Massimiliano Allegri.

Kepergian Reijnders lebih dari sekadar kepergian seorang pemain top: hal itu secara simbolis menandai berakhirnya sebuah era singkat yang menjanjikan, dan menjadi sebuah ujian nyata bagi kemampuan Milan untuk dapat mempertahankan bakat terbaiknya serta menjaga momentum positif di masa depan.

Saat Reijnders kini bersiap untuk bergabung dengan konstelasi para bintang di Manchester City, satu hal yang pasti: ia bukan lagi permata yang tidak dikenal dari Alkmaar. Dia adalah sebuah kekuatan yang telah terbukti, yang sekarang siap melangkah ke panggung yang jauh lebih besar dan menulis babak berikutnya dalam kariernya di bawah lampu terang Stadion Etihad.

Perspektif Penulis:

Transfer Tijjani Reijnders, di satu sisi, ini adalah kisah sukses pengembangan pemain bagi AC Milan, mengubah investasi €20,5 juta menjadi potensi pemasukan lebih dari €70 juta hanya dalam dua musim. Namun, di sisi lain, ini adalah cerminan pahit dari ketidakmampuan klub Serie A, termasuk Milan, untuk bersaing secara finansial dengan kekuatan raksasa Liga Primer Inggris dan mempertahankan pemain yang telah mencapai level elite. Kehilangan gelandang terbaik Serie A setelah musim yang fenomenal, terutama setelah baru saja memperpanjang kontraknya, adalah sebuah pukulan telak bagi ambisi jangka pendek klub.

Kini, semua mata tertuju pada duet Massimiliano Allegri dan Igli Tare. Dana besar dari penjualan Reijnders memberikan mereka kesempatan, tetapi juga tekanan yang luar biasa besar. Mereka tidak hanya dituntut untuk mencari pengganti yang sepadan, tetapi juga harus menggunakan sisa dana untuk memperkuat beberapa posisi lain yang keropos, sambil membangun kembali tim yang kehilangan banyak pilar dan kepercayaan diri setelah musim 2024-2025 yang gagal total.

Kepergian Reijnders adalah akhir dari sebuah babak, dan bagaimana Allegri-Tare menulis babak berikutnya akan menentukan arah masa depan Il Diavolo Rosso.


Terus setia bersama kami di Beritamilan.com untuk mendapatkan update berita AC Milan yang diulas secara lebih mendalam setiap harinya.

Pos terkait