Luka Modrić kembali menuai pujian. Penampilannya dalam kemenangan 2-1 AC Milan atas Fiorentina sangat penuh aksi. Ia tidak hanya menjadi kreator serangan, tetapi juga pahlawan di lini pertahanan.
Media Italia menyoroti bagaimana pemain berusia 40 tahun ini menjadi teladan di segala lini.
Kekuatan vs Kecerdasan: Duel Kontras
Harian La Gazzetta dello Sport mengenang sebuah momen menarik di babak kedua. Momen ini menunjukkan dua cara bertahan yang berbeda. Strahinja Pavlovic terlibat duel brutal dengan Moise Kean, menggunakan kekuatan fisik.
Beberapa menit kemudian, Modrić menunjukkan kelasnya. Ia mengejar Fazzini, memotong jalurnya, dan merebut bola “hampir tanpa menyentuhnya”. Ia menggunakan kelicikan dan pengaturan waktu yang sempurna. Momen itu bahkan membuat Pavlovic, sang ‘gladiator’, bertepuk tangan untuknya.

Blok Krusial yang Selamatkan Milan
Bukan hanya itu, Modrić juga melakukan intervensi yang sangat krusial. Pada menit ke-28, saat skor masih 0-0, ia melakukan blok sambil meluncur. Ia menggagalkan tembakan Nicolussi Caviglia yang hampir pasti mengarah ke gawang. Kali ini, giliran Mike Maignan yang terlihat bertepuk tangan dengan antusias.
Sepanjang laga, Modrić tercatat sebagai pemain dengan tekel menang terbanyak (4) dan duel terbanyak (9).
Pemain ‘3-in-1’: Kreator, Pemecah Gelombang, Motivator
Di usianya yang ke-40, Modrić membuktikan dirinya adalah pemain ‘3-in-1’. Ia adalah kreator, pemecah gelombang, sekaligus motivator. Setelah pertandingan, ia langsung memuji Rafael Leão.
“Rafa sungguh luar biasa. Saya sangat menantikan bermain dengannya… Inilah Rafa yang kami butuhkan,” ujar Modrić. “Dia bakat yang luar biasa… bagi saya ia adalah salah satu yang terbaik di dunia dan ia masih bisa berkembang, itu semua tergantung padanya.”
Pujian itu langsung dibalas oleh Leão, yang mengungkap anekdot menarik tentang sang maestro.
“Ketika Luka tiba di Milanello, dia memeluk saya dan mengatakan dia ingin membantu saya. Bermain dengan rekan setim seperti dia membantu saya berkembang, saya sangat senang, dia akan memberi saya banyak assist…”
Kisah tentang bagaimana para pemain bertahan seperti Pavlovic dan Maignan memberikan aplaus atas aksi defensif Luka Modrić adalah sebuah anekdot yang langka.
Ini membuktikan bahwa kepemimpinan sang maestro di I Rossoneri tidak hanya ditunjukkan melalui umpan-umpan ajaibnya. Ia memimpin dengan memberi contoh, menunjukkan bahwa di usia 40 tahun, ia tidak ragu untuk melakukan pekerjaan kotor. Kehadirannya telah mengangkat standar seluruh tim.
Terus ikuti perkembangan dan berita AC Milan terbaru hanya di Beritamilan.com.