Masa depan Sergio Conceicao di AC Milan kembali menjadi sorotan, terutama setelah keberhasilan membawa tim ke final Coppa Italia. Kemenangan dramatis atas Inter di semifinal sempat membangkitkan harapan di kalangan penggemar, namun di balik layar, sang pelatih dikabarkan sudah memiliki rencana berbeda.
Kepercayaan yang Retak dan Keinginan untuk Pergi
Meskipun AC Milan secara resmi menyatakan evaluasi akan dilakukan di akhir musim, sumber internal mengindikasikan bahwa Conceicao sendiri sudah membulatkan tekad untuk hengkang. Kontraknya memang memiliki klausul perpanjangan satu musim yang bisa diaktifkan Milan, namun pelatih asal Portugal itu dilaporkan tidak berniat untuk mengambil opsi tersebut.
Alasannya? Conceicao merasa kurang mendapat dukungan dari manajemen klub, terutama ketika rumor mengenai calon penggantinya santer beredar selama berbulan-bulan.
Ia mengkritik kurangnya tindakan klub untuk menepis spekulasi tersebut, yang ia interpretasikan sebagai kurangnya kepercayaan penuh terhadap kinerjanya. Perasaan “ditinggalkan” ini membuatnya enggan menerima potensi tawaran perpanjangan kontrak.

Coppa Italia: Strategi Keluar yang Elegan?
Dalam situasi ini, final Coppa Italia melawan Bologna (tim yang tampil impresif musim ini) menjadi lebih dari sekadar perebutan trofi. Bagi Conceicao, memenangkan piala ini bisa menjadi “jalan keluar” yang sempurna.
Mirip dengan kasus Massimiliano Allegri yang dipecat Juventus dua hari setelah memenangkan Coppa Italia musim lalu, Conceicao dapat meninggalkan Milan dengan kepala tegak jika berhasil mempersembahkan trofi kedua dalam enam bulan masa kepelatihannya (setelah Supercoppa Italiana).
Kemenangan ini akan secara signifikan memperkuat rekam jejaknya sebelum mencari tantangan baru di musim panas.
Milan ‘Merasakan Obatnya Sendiri’?
Jika Conceicao benar-benar menolak perpanjangan kontrak (seandainya ditawarkan), ini bisa dilihat sebagai ironi bagi Milan. Setelah berbulan-bulan menjajaki kandidat pelatih lain, kini mereka mungkin menghadapi situasi di mana pelatih yang ada justru tidak ingin bertahan. Ini menggoyahkan narasi “stabilitas” yang mungkin diinginkan klub.
Tentu saja, jika Milan memang sudah berniat mencari pelatih baru, penolakan Conceicao tidak akan menjadi masalah besar. Perpisahan akan tetap terjadi, mungkin secara lebih terhormat jika diakhiri dengan trofi. Conceicao sendiri telah mengisyaratkan akan buka-bukaan mengenai pengalamannya di akhir musim.

Fokus Penuh pada Final
Untuk saat ini, semua pihak fokus pada final Coppa Italia. Bagi Milan, ini adalah kesempatan meraih gelar Coppa pertama sejak musim 2003-2004. Bagi Conceicao, ini adalah kesempatan untuk membuktikan kualitasnya sekali lagi, setelah menyingkirkan tim-tim kuat seperti Juventus dan Inter (dua kali) dalam perjalanannya.
Kemenangan tidak hanya akan menjadi kado perpisahan yang manis (jika ia jadi pergi), tetapi juga modal berharga baginya untuk mendapatkan pekerjaan di klub lain di mana ia mungkin bisa mendapatkan peran yang lebih sentral dalam proyek tim – sesuatu yang tidak ia dapatkan di Milan, di mana ia datang sebagai solusi darurat di pertengahan musim.
Terlepas dari apa yang akan terjadi di musim panas, harapan kini tertuju pada Conceicao untuk membawa pulang trofi Coppa Italia kedua bagi Milan dalam beberapa minggu mendatang.