Christian Pulisic secara mengejutkan mengakui bahwa demam parah yang dideritanya sempat membuatnya ragu akan ketersediaannya membela AC Milan. Namun, ia akhirnya memaksakan diri tampil dan kembali menjadi penentu kemenangan krusial bagi Rossoneri.
Laga di Stadio Olimpico Grande Torino awalnya berjalan bak mimpi buruk bagi Milan yang tertinggal dua gol cepat dari Nikola Vlasic dan Duvan Zapata. Harapan mulai tumbuh lewat gol jarak jauh Adrien Rabiot, sebelum akhirnya Pulisic masuk dari bangku cadangan dan mencetak dua gol kilat untuk membalikkan keadaan.
Demam Tinggi dan Rasa Mati Rasa
Usai menerima penghargaan Man of the Match, Pulisic mengungkapkan betapa buruk kondisi fisiknya menjelang pertandingan. Ia mengaku sempat mengalami demam hingga suhu 39 derajat celcius hanya dua hari sebelum laga.
“Dua hari yang lalu saya benar-benar merasa mati rasa, hari ini saya merasa jauh lebih baik. Saya senang bisa datang ke sini untuk membantu tim.”
Keputusan untuk memainkannya diambil secara mendadak karena ketidakpastian kondisi kesehatannya hingga pagi hari pertandingan. Namun, tekad kuat sang pemain untuk berkontribusi mengalahkan rasa sakitnya.
“Kemarin kami tidak tahu apakah saya bisa bermain, tetapi pagi ini saya merasa jauh lebih baik. Saya senang dengan gol-gol itu, tetapi yang terpenting adalah memenangkan pertandingan.”

Fokus pada Kemenangan dan Konsistensi
Pulisic menyadari bahwa Milan tidak selalu mendominasi pertandingan musim ini, namun ia menekankan pentingnya hasil akhir. Baginya, mencetak gol dan assist adalah tugas profesional yang harus dijalankan demi menjaga posisi tim di puncak klasemen.
“Rasanya agak aneh. Saya ingin menemukan ritme yang lebih baik. Tim bermain sangat baik tahun ini. Kami menjalaninya pertandingan demi pertandingan.”
“Ya. Saya selalu senang ketika bisa membantu. Saya ingin mencetak lebih banyak gol dan assist. Ini pekerjaan saya dan saya senang dengan tiga poin.”
Ingin mentraktir penulis secangkir kopi? Silakan KLIK DISINI.




