AC Milan terus-menerus mengulangi kesalahan yang sama saat melawan tim-tim papan bawah Serie A, dan Massimiliano Allegri dikabarkan mulai kehabisan kesabaran.
Seperti yang dilaporkan La Gazzetta dello Sport pagi ini, Rossoneri tampil perkasa saat mengalahkan Napoli dan Roma serta menahan imbang Juventus di kandang lawan. Namun, mereka justru tampil buruk dan membuang poin secara konyol melawan tim promosi seperti Cremonese, Pisa, dan Parma. Ini adalah kesalahan-kesalahan yang tidak pantas dilakukan oleh tim penantang gelar.
Allegri “murka” setelah hasil imbang di Parma, tidak hanya karena peluang emas yang terbuang oleh Christian Pulisic dan Alexis Saelemaekers, tetapi terutama karena timnya membiarkan Parma bangkit dari ketertinggalan dua gol saat laga sudah sepenuhnya dikuasai.
Daftar Kesalahan Fatal yang Berulang

Di Parma, Pervis Estupiñán dan Youssouf Fofana tampil sangat buruk. Pemain Ekuador itu bertanggung jawab atas kedua gol lawan. Pada gol pertama, sikap acuh tak acuhnya terlihat jelas; alih-alih menyapu bola, ia malah kalah duel bahu yang berujung gol indah Bernabè. Sikap masa bodohnya terulang di gol kedua, di mana ia membiarkan umpan silang dilepaskan dengan mudah.
Namun, Fofana juga bersalah karena sama sekali tidak menjaga pergerakan Delprato yang masuk ke kotak penalti. Ini bukan kesalahan pertama Fofana. Kesalahan serupa terjadi saat melawan Cremonese di awal musim (gagal menjaga Bonazzoli).
Daftar kesalahan fatal melawan tim-tim papan bawah musim ini semakin panjang:
- Strahinja Pavlovic: Membiarkan Baschirotto menyundul bola dengan bebas untuk gol pembuka (di laga sebelumnya).
- Koni De Winter: Melakukan handball konyol terhadap tendangan Cuadrado (vs Pisa).
- Zahcary Athekame: Gagal total menerapkan jebakan offside dalam proses gol kedua Pisa.
Masalah Psikologis, Bukan Cuma Taktik

Di ruang ganti pada hari Sabtu, Allegri menahan amarahnya. Ia sadar betul ini adalah penyakit kambuhan dari musim lalu: tim ini tidak mampu “membendung momen-momen negatif”.
Kehadiran Luka Modric tidak cukup untuk menenangkan tim, terutama tanpa kehadiran Adrien Rabiot di sisinya. Para pemain baru seperti Estupiñán, De Winter, dan Nkunku—semuanya starter di Tardini—juga belum menunjukkan mentalitas yang diharapkan untuk “menderita” dan “berjuang” di saat-saat sulit.
Allegri mengharapkan Milan-nya lebih ‘cerdik’, tidak hanya dalam pergerakan, tetapi dalam memahami momen-momen krusial pertandingan. Ia tahu skuadnya tidak cukup kuat untuk mendominasi setiap laga, oleh karena itu, diperlukan pertumbuhan psikologis.
Tim peraih Scudetto tidak akan membuang enam poin dari posisi unggul (seperti melawan Pisa, Atalanta, dan Parma). Mustahil sebuah tim tampil solid melawan Roma dan Juve, tetapi kemudian menderita saat melawan tim yang berjuang menghindari degradasi. Itu adalah ciri-ciri tim lemah, bukan tim hebat. Max tahu ini dan sedang mencari ‘obat’ penawarnya.
Terus ikuti perkembangan dan berita AC Milan terbaru hanya di situs Beritamilan.com.





