Berita

Laporan Keuangan Sehat, Prestasi Sakit: Milan Catat Laba €20 Juta Namun Absen di Eropa.

×

Laporan Keuangan Sehat, Prestasi Sakit: Milan Catat Laba €20 Juta Namun Absen di Eropa.

Sebarkan artikel ini
Casa Milan
Photo: MARCO BERTORELLO/AFP via Getty Images

Dalam beberapa tahun terakhir, AC Milan harus beroperasi di bawah pengawasan finansial ketat dari UEFA. Hal ini menyusul pelanggaran ketentuan titik impas (break-even) yang terjadi pada periode sebelumnya.

Sejak kesepakatan dicapai dengan UEFA pada tahun 2022, I Rossoneri wajib menjaga stabilitas keuangan mereka. Selama dua musim terakhir, klub berhasil melewati tantangan ini dengan baik, bahkan mampu mencatatkan keuntungan.

Laporan Positif di Musim yang Sulit

Menurut laporan Tuttosport, Milan sekali lagi berhasil memenuhi target yang ditetapkan oleh UEFA untuk musim 2024/25. Keberhasilan ini ditandai dengan catatan laba lebih dari €20 juta.

Angka keuntungan yang signifikan tersebut dilaporkan banyak ditopang oleh hasil penjualan Tijjani Reijnders. Hasil resmi dan informasi yang lebih rinci mengenai laporan keuangan ini diharapkan akan diumumkan dalam beberapa hari ke depan.

Tantangan Berat Tanpa Kompetisi Eropa

Meskipun neraca keuangan saat ini terlihat positif, proyeksi untuk musim depan tampak kurang menjanjikan. Absennya Il Diavolo Rosso dari panggung kompetisi Eropa akan menjadi pukulan telak bagi pendapatan klub.

Minimnya pemasukan dari hak siar dan hadiah uang kompetisi Eropa akan menjadi tantangan besar. Harapannya adalah UEFA akan tetap memandang positif upaya yang telah dilakukan manajemen untuk menjaga stabilitas finansial.

Perspektif Penulis: Keseimbangan yang Rapuh

Dari sudut pandang penulis, situasi ini menyoroti sebuah ironi besar dalam manajemen Milan saat ini. Di satu sisi, mereka berhasil mencapai stabilitas finansial yang patut diacungi jempol, namun di sisi lain hal itu seolah mengorbankan prestasi di lapangan yang mencapai titik terendah.

Musim depan akan menjadi ujian sesungguhnya bagi proyek baru klub di bawah arahan Allegri dan Tare. Mereka tidak hanya dituntut untuk mendongkrak prestasi secara drastis, tetapi juga harus melakukannya dengan kondisi finansial yang berpotensi lebih sulit akibat hilangnya pendapatan dari Eropa.


Jika kamu menikmati tulisan ini, kamu bisa membelikan admin secangkir kopi dengan cara klik di sini.