Berita AC Milan – I Rossoneri berhasil melanjutkan tren positifnya dengan sukses memetik 3 kemenangan beruntun di semua kompetisi dengan skor identik 1-0 saat melawan tuan rumah Monza akhir pekan kemarin.
Taktik baru Stefano Pioli terbukti mampu membuat sektor pertahanan AC Milan tampil lebih solid. Meski mengurangi penampilan agresif Milan, namun skor 1-0 adalah poin terpenting saat ini demi mengamankan tempat di klasemen 4 besar Serie A.
Ada 5 hal yang dapat kita pelajari dari pertandingan melawan Monza akhir pekan kemarin. Berikut adalah penjabarannya:
1. Perbaikan sementara untuk pilihan permanen?
Ada banyak kritik terhadap Pioli ketika dia memilih untuk mengubah formasi di saat kritis seperti itu, tetapi tiga bek ini telah melakukan keajaiban bagi Milan karena mereka telah meraih tiga clean sheet berturut-turut – termasuk satu melawan Spurs di musim ini. Sebuah pertandingan Liga Champions – yang bukan pekerjaan mudah.
Pierre Kalulu, Fikayo Tomori, dan Malick Thiaw semuanya starter, yang merupakan yang pertama bagi ketiganya bermain bersama, tetapi mereka tampaknya memiliki chemistry yang baik dan hanya menyisakan sedikit peluang untuk dikerjakan oleh Monza. Mempertimbangkan usia rata-rata dari ketiga bek tersebut, masa depan lini pertahanan AC Milan sepertinya akan cerah.
2. Pemain Brasil yang bangkit kembali
Junior Messias melakukannya dengan baik dalam fase menyerang dan mencetak gol pertamanya sejak akhir Oktober, untuk memberi timnya tiga poin krusial di saat paling dibutuhkan.
Messias juga melakukannya dengan baik dalam formasi 3-5-2, meskipun dia bisa membantu sedikit lebih banyak di fase pertahanan, dan Pioli berharap pemain sayap itu mendapatkan momentum dan membuat perbedaan yang lebih besar dalam beberapa minggu mendatang.
3. Origi yang masih tertidur
Divock Origi mendapat kepercayaan untuk menggantikan Giroud di starting XI, tetapi sekali lagi dia gagal melakukan banyak hal yang berguna dalam fase menyerang. Dia memang memiliki sedikit keterlibatan dalam gol, tapi selain itu dia tidak memberikan apa-apa.
Eks striker Liverpool itu tidak mampu tampil bagus dan hal itu seolah membuktikan jika dia bukan solusi ideal untuk pos striker masa depan Milan, oleh karena itu akan menarik untuk melihat apakah manajemen terus mendukungnya atau berinvestasi pada striker baru dan mengurangi perannya atau bahkan menjualnya.
4. Kurangnya dampak
Di seperempat akhir pertandingan, Monza tampak memenangan beberapa duel di lini tengah dan mampu menciptakan beberapa peluang berbahaya di kotak penalti Tatarusanu.
Di pertandingan ini, Pioli sepertinya tidak cukup baik dalam melakukan pergantian pemain karena Saelemaekers yang mengganti Messias, sering ceroboh dalam mengantisipasi bola. Belum lagi ketika Giroud masuk yang tidak memiliki dampak apapun di lini depan karena tim sudah memilih bertahan.
De Ketelaere juga mendapat peluang bagus untuk menggandakan keunggulan dari jarak dekat, tetapi tidak berhasil melakukannya karena masih belum menemukan sentuhan terbaiknya. Meski melewatkan peluang, dia tidak terlihat buruk di momen lain dan mudah-mudahan satu gol benar-benar segera datang untuk mengembalikan mentalnya yang sedang hancur.
5. Frustrasi seperti biasanya
Brahim Diaz seperti selalu menjadi pemain pertama yang mematahkan serangan AC Milan. Tekadnya yang luar biasa tidak bisa kita ragukan, hanya dia terlalu lama dalam membawa bola dan membuat momentum serangan Milan sering terhenti di kakinya.
Bagi kita, dia hanyalah Brahim Diaz, namun dipikirannya dia mungkin sudah merasa menjadi Lionel Messi yang bisa melewati sampai 2-3 pemain. Saat rekannya sudah bebas, dia tidak bisa melihatnya, visi dan umpan buruk membuat lini depan Milan seperti kehilangan nyawanya.
Pada titik ini, masih cukup mengherankan kenapa Stefano Pioli lebih memilih Brahim Diaz sebagai starter terus menerus ketimbang memainkan Charles De Ketelaere yang terlihat memiliki visi lebih baik. Mungkin tidak dalam duel 1 vs 1, namun dari umpan kita bisa melihat jika CDK lebih unggul ketimbang Brahim.
Memang De Ketelaere tidak klinis di depan gawang lawan karena belum satupun gol tercipta darinya, tapi begitu juga dengan Brahim Diaz, yang baru mengemas 4 gol padahal dia selalu menjadi pilihan pertama.
CDK selain memiliki visi bermain yang lebih baik, dia juga berstatus pemain AC Milan sepenuhnya yang bisa jadi aset jangka panjang klub, tidak dengan Brahim yang masih menjadi milik Real Madrid.