Adriano Galliani: “AC Milan adalah Sentimen yang Tak Bisa Diukur dengan Bisnis!”

Adriano Galliani
Photo: Zimbio.com

Berita AC Milan – Mantan CEO AC Milan, Adriano Galliani, telah mengungkapkan sejumlah kenangan berkesan selama lebih dari tiga dekade perjalanan karier penuh warna bersama I Rossoneri.

Dalam sebuah acara presentasi buku yang bertajuk ‘Le Memorie di Adriano G.’, Galliani tak hanya membuka lembaran masa lalunya, tetapi juga memberikan pandangannya tentang penampilan tim saat ini.

Galliani dan Silvio Berlusconi, sosok di balik kepemimpinan sukses Milan selama 31 tahun, mampu meraih 29 trofi utama selama periode tersebut. Dalam kemitraan yang kuat ini, mereka membentuk fondasi prestasi gemilang klub.

Tak hanya dalam dunia sepak bola, kemitraan mereka juga berlanjut di klub lain, Monza, sebelum Berlusconi, mantan Perdana Menteri Italia, tutup usia pada Juni lalu.

Dalam sesi tanya jawab dengan wartawan dalam acara presentasi, Galliani dengan hangat membagikan wawasannya tentang masa lalu dan masa kini klub yang telah membekas dalam hatinya.

“Berlusconi dan saya sering berbicara tentang masa kini dan masa depan Milan. Presiden selalu mengatakan kepada saya: ‘AC Milan adalah sentimen yang tak bisa diukur dengan bisnis’,” ungkapnya dengan tulus.

Saat ditanya tentang pemain paling luar biasa yang pernah memperkuat Milan, Galliani tanpa ragu menyebutkan nama Marco Van Basten.

“Pemain terkuat yang pernah saya lihat bermain di Milan adalah Marco Van Basten.”

Kenangan manis dari kemenangan dalam derby dengan skor telak 6-0 juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam memori Galliani.

“Seseorang memberi tahu saya bahwa kami bisa berhenti di 4-0. Saya menjawab bahwa kami sudah berhenti, jika tidak kami pasti akan mencetak 8-9 gol.”

Galliani juga membeberkan anekdot menarik tentang mantan gelandang legendaris, Gennaro Gattuso, setelah kekalahan pahit di final Liga Champions di Istanbul.

“Gattuso datang dan memberi tahu saya bahwa jika dia tetap bersama Milan, ia akan selalu teringat oleh rasa sakit kekalahan itu. Saya mengunci dia di ruang piala, memberinya waktu untuk merenung, dan akhirnya dia mengubah keputusannya.”

Tak hanya itu, Galliani juga membicarakan pertandingan yang ditangguhkan melawan Marseille, yang penuh dengan drama dan kegilaan.

“Kegilaan saya di Marseille berasal dari pengalaman serupa di Beograd di mana kami kalah 1-0 dengan kartu merah. Kabut datang dan pertandingan dihentikan. Kami menang setelah pertandingan ditunda dan saya merasa seperti ada keajaiban.

“Di Marseille, saat lampu padam, rasanya seperti Dewa Beograd telah kembali, dan itu menjadi alasan kejadian tak terlupakan di Marseille.”

Adriano Galliani yang kini sudah berusia 79 tahun masih bertugas menjadi petinggi Monza warisan sahabatnya, mendiang Silvio Berlusconi. Perjalanan kehidupannya akan selalu terikat dengan warna merah hitam AC Milan.

Pos terkait